> >

Muktamar Dinilai Tidak Kondusif, Forum Muda Nahdliyin Ajak Para Calon Ketua PBNU untuk Islah

Agama | 27 November 2021, 14:02 WIB
Said Aqil Siradj (kiri) tampak berjabat tangan dengan Gus Yahya dalam sebuah acara. Keduanya menjadi calon kuat Ketua Umum PBNU dalam Muktamar yang dijadwalkan akan digelar di Lampung. Forum Muda Nahdlyin Yogyakarta meminta para calon untuk islah demi NU. (Sumber: Dokumentasi Resmi Situs NU/Suwitno)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Muktamar NU yang harusnya digelar pada 23-25 Desember 2021 mendatang dinilai tidak kondusif. Ini terkait dengan adanya perbedaan pendapat di kalangan pemimpin tertinggi NU tentang wacana memajukan atau memundurkan pelaksanaan Muktamar akibat PPKM level 3.

Selain itu, disebut adanya upaya-upaya dari pelbagai pihak dan calon Ketua PBNU yang dianggap berupaya menjadikan Muktamar NU layaknya ajang politik.

Menanggapi hal tersebut, Forum Muda Nahdilyin Indonesia (FMNI) yang terdiri dari para intelektual muda, aktivis, sejarawan dan penulis berlatar belakang nahdliyin, mengajak para calon Ketua PBNU untuk islah, dan duduk bersama agar tidak membuat umat kebingungan.

“Sejatinya, perbedaan pendapat dalam tubuh Nahdlatul Ulama adalah hal biasa, oleh karena itu, sebaiknya semua pihak dapat menahan diri dan tidak menjadikannya sebagai penyebab perpecahan (mufaroqqah) dan mendelegitimasi organisasi,” papar Hasan Basri, juru bicara FMNI sebagaimana rilis yang diterima KOMPAS TV, Sabtu (27/11/2021).

Baca Juga: Tarik Ulur Muktamar NU 17 Desember 2021, Panitia Tunggu Keputusan PBNU

Hasan yang juga seorang aktivis dan budayawan NU asal Yoygyakarta itu lantas menyebut, dalam sejarah, Muktamar sejatinya bukan ajang politik. Meski begitu, realitas Muktamar memang kerap terjadi demikian.

Itulah yang menurut Hasan menjadi alasan kenapa di forum Muktamar di Lampung harus menghilangkan suasana seperti itu. Suasana Muktamar itu baiknya, dalam bahasa Hasan, bukanlah perebutan jabatan para ulama.

“Praktis Muktamar Nahdlatul Ulama lebih banyak dianggap sebagai ajang pemilihan Rais Aam dan perebutan Ketua Umum. Karenanya, yang perlu dihindari adalah perebutan jabatan Ketua Umum Tanfiziyah dengan aroma mencolok, panas, egois, dan jauh dari marka nilai-nilai NU yang akan diadakan pada Muktamar ke-34 di Lampung mendatang,” tambahnya.

Baca Juga: Pengamat: Parpol Bisa Meniru Muktamar NU agar Bersih dari Money Politic

Hasan pun menyebut, adanya soal dukung-mendukung para calon ketua di berbagai tempat tidak baik bagi organisasi para ulama ini. 

“Aroma pembentukan Timses (tim sukses) dan dukung-mendukung calon Ketua Umum PBNU seperti di partai politik, hari-hari ini sudah diberitakan berbagai media massa, sangat memalukan dan mendegradasi muruah nilai-nilai keulamaan,” paparnya.

Forum jejaring aktivis muda NU ini juga menerbitkan risalah bertajuk "Risalah Jalan Islah, Musyawarah, dan Menegakkan Marwah Organisasi" tertanggal 27 November.

Risalah itu berisi poin penting yang harus dilaksanakan di forum tertinggi NU, berkaitan dengan upaya menjaga nama baik, serta kontra delegitimasi organisasi yang sudah berdiri sejak 1926 itu.

Dalam majelis perumus FMNI ini tercatat beberapa nama aktivis dan intelektual muda NU seperti Nurul Huda SA, Ainul Yaqin, Ahmad Anfasul Marom, Ali Usman, Hasan Basri Marwah, Muhammad Nasihudin, Edwin Ristianto, Hafizhen, Nur Khalik Ridwan dan Sugiarto el-Zuhri.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU