> >

Imam Besar Masjid Istiqlal: Penegakan Hukum Tidak Harus dengan Kekerasan, Tirulah Nabi Muhammad

Agama | 7 November 2021, 09:40 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar memberikan ceramah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Jumat (Sumber: ANTARA/HO-Biro Humas Kemenkumham)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Imam besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mengingatkan pemerintah dan aparat penegak hukum agar tetap menjalankan hukum yang berlaku di Indonesia tanpa harus melakukan dengan kekerasan.

Nasarudin juga menjelaskan, pribadi Nabi Muhammad dalam sejarah bisa ditiru oleh para mereka para penegak hukum. 

Hal itu diucapkan ulama asal Makassar tersebut dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), Sabtu (6/11/2021). 

Dalam kesempatan itu, Nasarudin Umar juga menyampaikan pesan, penegakan hukum tidak lantas diperbolehkan dengan kekerasan, tetapi bisa juga dengan jiwa besar dan keteladanan.

"Jiwa besar bisa mengalahkan ketegangan," kata KH Nasarudin Umar dalam keterangan tertulis Biro Humas, Hukum dan Kerja sama Kemenkumham.

Baca Juga: Kisah Unik Megawati Dilindungi Imam Besar Masjid Istiqlal saat Kena Bully, Apa yang Terjadi?

Kisah Nabi Muhammad, Supremasi Hukum dan Keteladanan

Dalam ceramahnya, KH Nasaruddin Umar banyak menunjukkan soal pribadi Nabi Muhammad yang layak ditiru oleh seluruh umat manusia, tidak hanya umat Islam.

Salah satunya soal penegakan hukum.

Nasarudin bercerita, suatu ketika ada dua konglomerat Yahudi cemburu melihat perkembangan masjid di Madinah.

Lantas berniat membikin hal serupa, tepat disamping masjid yang dibangun.

Para sahabat marah, mereka menilai hal ini provokasi, tapi pihak Yahudi bergeming. Para sahabat pun mengadu ke Nabi.

Baca Juga: Mahfud MD Cerita Filosofi Bola Karet yang Membuat Imam Besar Masjid Istiqlal Dapat Rekor MURI

Mantan Wakil Menteri Agama itu melanjutkan ceritanya, karena secara 'de facto' dan 'de jure' tanah tersebut memang milik kedua orang Yahudi itu, Nabi mempersilakan pembangunan sinagog dilanjutkan.

"Kalau memang itu tanahnya, hak mereka untuk membangun apa saja," lanjut Nasaruddin dalam kisahnya.

Nasaruddin mengambarkan situasi saat peristiwa itu terjadi cukup memanas.

Tetapi dengan kelembutannya Nabi Muhammad bisa meredam kemarahan para sahabat.

Sebaliknya, dengan keteladanan jiwa besar serta nilai-nilai ajarannya, orang Yahudi itu menjadi kagum.

Pada akhirnya, lanjut Nasaruddin, karena tujuan pembangunan rumah ibadah (masjid dan sinagog) adalah sama yaitu untuk meraih kebahagiaan, kedua orang Yahudi itu menghentikan upaya pembangunan sinagog bahkan menyerahkan lahannya kepada Nabi sebagai perluasan pembangunan masjid.

"Jiwa besar bisa mengalahkan ketegangan. Yahudinya berjiwa besar, Nabi Muhammad juga berjiwa besar," ujar Nasaruddin lebih lanjut.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU