> >

Keraton Yogyakarta Lakukan Renovasi Besar-besaran, GKR Bendara: Ada Dawuh Ngarsa Dalem

Sosial | 28 September 2021, 21:03 WIB
Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara (Sumber: Kompas.tv/Ant)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Keraton Yogyakarta tengah melakukan renovasi besar-besaran, baik pada eksterior maupun interior bangunan, tanpa mengubah esensi dari nilai-nilai budaya yang melekat.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara, dalam Webinar Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2021, Selasa (28/9/2021).

Menurut putri kelima Sultan Hamengku Buwono X ini, sang ayah yang merupakan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, meminta kelima puterinya melakukan 'repackaging budaya' atau pengemasan ulang penyajian budaya keraton secara kekinian sehingga lebih menarik generasi milenial.

Baca Juga: Ini Titah Raja Keraton Yogyakarta ke Warga Pakem

"Ngarsa Dalem X (Sultan HB X) dawuh (mengatakan) kepada saya dan kakak-kakak saya untuk repackaging (mengemas ulang) budaya (keraton)," kata dia.

Bendara menambahkan, Sultan HB X mengungkapkan keinginannya agar Keraton Yogyakarta bisa lebih membuka diri.

Renovasi yang dilakukan di Keraton Yogyakarta tersebut merupakan wujud dari repackaging budaya yang diperintahkan oleh Sultan.

"Ngarsa Dalem dawuh kepada kami berlima bagaimana kami bisa membuka diri kepada generasi-generasi penerus saat ini dengan cara yang lebih kekinian," ujar putri bungsu Sultan HB X ini.

Bendara juga menyebut sejumlah renovasi yang dilakukan, di antaranya Museum Keraton Yogyakarta.

Museum itu, kata dia, tengah direnovasi dengan memanfaatkan teknologi serta cara penyampaian yang mampu menyentuh generasi muda.

Selanjutnya di Ruang Batik Keraton, yang direnovasi pada seluruh bangunannya. Bukan sekadar menyasar fisik bangunannya, menurut Bendara, nama ruang batik juga akan diubah menjadi "ruang daur hidup".

Baca Juga: Wisata Keraton Yogyakarta Ditutup Hingga 2 Juli

"Kenapa daur hidup, karena bukan hanya batik yang menjadi bagian kebudayaan kita, tapi juga ada lurik, juga ada bentuk-bentuk jenis tekstil lainnya, juga ada arti-arti dari penggunaan motif batik dalam perjalanan hidup masyarakat Jawa," tutur dia.

Bukan hanya bangunan museum, perubahan juga mencakup cara penyajian kebudayaan yang ada di Keraton Yogyakarta, tanpa mengurangi esensi dari kebudayaan tersebut. Termasuk dengan membuat laman resmi, akun Instagram, hingga akun YouTube Keraton.

"Ini merupakan cara bagaimana kita bisa melestarikan budaya kita," kata dia.

Renovasi yang dilakukan tersebut diperkirakan selesai pada akhir tahun 2021. Dia mempersilakan para tamu yang akan berkunjung pada awal tahun depan.

Upaya pembaruan dalam Keraton Yogyakarta bukan pertama kali terjadi, kata Bendara, hal serupa pernah dilakukan pada masa kepemimpinan Sri Sultan HB VII, yang membuat Keraton Yogyakarta kala itu lebih terbuka.

Berdasarkan catatan sejarah dalam sebuah manuskrip, Bendara menuturkan bahwa Sultan HB VII saat itu meminta para pangeran dalem memproduksi batik keraton secara massal untuk diperjualbelikan.

"Inilah yang akhirnya memelopori kreativitas dunia batik hingga saat ini. Tentu kalau HB VII saat itu tidak mengizinkan maka kemungkinan besar kita sekarang tidak memakai batik keraton, terutama batik Keraton Yogyakarta," kata Bendara.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU