Kemasan Makanan dari Rumput Laut Bisa Jadi Pengganti Styrofoam, Ini Kelebihannya
Gaya hidup | 6 Agustus 2021, 14:25 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Kemasan pembungkus makanan yang terbuat dari styrofoam tidak ramah lingkungan dan berbahaya bagi tubuh. Sayangnya, kemasan makanan ini justru banyak dijumpai di Indonesia.
Sekelompok mahasiswa UGM pun berpikir untuk mengembangkan kemasan makanan yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan.
Ilham Firdausi bersama dengan teman satu fakultasnya di Fakultas Teknologi Pertanian yakni I Nyoman Anggie Pratishta dan Arif Ramadhan, serta Dimas Wahyu Prasetyo dari Fakultas Biologi di bawah bimbingan Andika Wicaksono Putro, pun membuat kemasan makanan dari rumput laut.
Pengembangan bioplastik dari rumput laut karena rumput laut mengandung senyawa karagenan. Senyawa ini merupakan salah satu fikokoloid yang menunjukkan kemampuan pembentukan film yang sangat baik.
Baca Juga: Permintaan Banyak, Budi Daya Rumput Laut di Bandar Lampung Digenjot
"Keberadaan rumput laut di Indonesia cukup melimpah dan berpotensi digunakan sebagai bahan kemasan di masa depan yang aman dan ramah lingkungan," ujar Ilham, Jumat (6/8/2021).
Selain karagenan sebagai bahan utama, pembuatan bioplastik rumput laut ini juga diberi tambahan pendukung yaitu gliserol, air dan beeswax. Cara pembuatannya, karagenan
dicampur dengan air dan gliserol untuk dipanasakan lalu diberikan tambahan beeswax.
Setelah larut, lalu disaring dan dicetak sebagai kemasan makanan. Terakhir, dilakukan proses pengeringan sebelum siap digunakan.
Menurut Arif Ramadhan, kemasan makanan dari rumput laut ini menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi persoalan sampah plastik, terutama pencemaran laut akibat
sampah plastik termasuk styrofoam.
"Kemasan makanan dari rumput laut ini memiliki nilai aman bagi makanan dan lingkungan karena dapat terdegradasi di alam dan bisa menjadi pupuk organik bagi tanaman,"
ucapnya.
Baca Juga: Berdaya dengan Rumput Laut
Sementara, styrofoam tidak memiliki nilai ekonomis setelah dipakai dan hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan karena waktu penguraiannya sangat lama.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV