Belajar Keluar dari Zona Nyaman Ala Pelukis Desy Gitary
Budaya | 26 Juli 2021, 13:26 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Pelukis Desy Gitary memamerkan karya-karya berbagai mediun di Red Base, Sewon, Yogyakarta pada 24 Juni sampai 24 Agustus 2021. Pameran tunggal ketiga Desy Gitary ini mengusung tema “ZONE: Out of Comfort”.
Melalui 17 karya yang dipamerkannya, Desy Gitary menunjukkan perjuangan keluar dari zona nyaman. Lukisan-lukisannya menggambarkan karakter, perasaan, kenangan,
harapan dan impian, penyesalan, ketakutan, bahkan trauma.
Menurut Desy Gitary, sebagian orang takut keluar dari zona nyaman, namun tidak sedikit juga yang menciptakan zona nyaman lain dalam kekacauan.
"Saya kira semua harus bisa menunggangi kesedihan dan juga kebahagiaan," ujarnya.
Baca Juga: Lemak Jenuh Jadi Cara Pelukis Gusmen Heriadi Berbagi di Yogyakarta
Bukan hanya pesan ke luar dari zona nyaman yang disampaikan Desy melalui pamerannya kali ini. Proses berkarya yang dilakukannya pun juga tidak seperti biasanya.
Desy yang biasanya banyak menggunakan kertas dan arang, kali ini menggunakan kanvas, dinding, hingga video sebagai medium berkarya. Setidaknya ada enam karya di atas kertas , sembilan karya di atas kanvas, satu karya di bidang dinding, dan satu video art berdurasi 3 menit 5 detik yang dipamerkannya.
Penulis kuratorial pameran ini, Karina Roosvita menilai “ZONE: Out of Comfort” merupakan sebuah perayaan peristiwa istimewa karena Desy Gitary berhasil keluar dari
zona nyamannya. Pameran ini menjadi penanda sebuah fase bangkitnya kesadaran Desy Gitary untuk berhasil berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi sosok yang diinginkan
selama ini.
"Dia bisa mengerjakan berbagai macam teknik dan medium rupa, seperti menggambar, melukis, atau bahkan membuat video. Seniman yang selalu mencari dan tidak cepat puas
dengan pencapaiannya," ucapnya.
Keluar dari zona nyaman juga identik dengan perjalanan Desy Gitary sebagai seorang pelukis. Sebelum mendedikasikan seluruh waktunya untuk seni, ia adalah seorang
penyira televisi. Pada 2015 sampai 2017, ia berhenti menjadi penyiar televisi dan mulai intens belajar melukis di Melbourne dan Bali.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV