Suami Istri yang Ngaku Mudik Jalan Kaki Gombong ke Bandung Ternyata Sudah Setahun Hidup Berkelana
Peristiwa | 11 Mei 2021, 05:45 WIBBANDUNG, KOMPAS.TV - Dani Rahmat (39) dan Masitoh Ainun (36), pasangan suami istri yang mengaku jalan kaki dari Gombong ke Bandung ternyata bukan pulang kampung atau mudik.
Mereka yang membawa serta dua anaknya yang masih balita itu memang sengaja hidup berkelana di jalan. Hal itu sudah mereka lakoni selama setahun.
Baca Juga: Viral, Mudik Jalan Kaki dari Kebumen ke Ciamis, Berharap Hari Lebaran Sampai Tujuan
Sang istri Masitoh melontarkan pengakuan mengejutkan itu kepada Tribun saat ditemui di Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Minggu (9/5/2021).
Masitoh mengatakan, hidup di jalan dengan berkelana dimulai saat anak keduanya masih berusia empat bulan. Adapun sekarang anaknya itu sudah berusia 1,6 tahun.
Berdasarkan pengakuannya, Masitoh bersama suami dan kedua anaknya terpaksa melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki demi menyambung hidup.
Sebab, ia bingung suaminya Dani sudah tidak memiliki penghasilan setelah tempat kerjanya gulung tikar alias bangkrut. Sejak itulah, Dani belum memiliki pekerjaan lagi.
"Mesin jahit diambil bos, jadi bingung kerjaan enggak ada," kata Masitoh dikutip dari Tribunnews.com pada Senin (10/5/2021).
Baca Juga: Suami Bawa Istri dan 2 Balita, Mudik Jalan Kaki Gombong-Bandung Selama 6 Hari Berbekal Rp 120 Ribu
Masitoh mengaku bahwa dialah yang mempunyai ide untuk mengajak suaminya hidup di jalan. Dengan harapan, bisa mendapatkan bantuan.
"Yang ngajak hidup di jalan, saya. Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan. Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh.
Masitoh mengatakan, ia terpaksa melakukan hal ini karena tinggal di rumah mertua tidak memungkinkan lantaran rumahnya kecil. Ia juga tak mau mengambil jalan pintas dengan mencuri.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit. Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," ujar Masitoh.
Saat ini, Masitoh bersama Dani dan dua anaknya sudah berada di Bandung. Mereka untuk sementara tengah dikarantina di Kantor Desa Pananjung.
Baca Juga: Cerita Penumpang Bus yang Masuk Jurang di Sumedang, Buka Baju dan Berjalan Kaki Minta Pertolongan
Masitoh menceritakan, sebelum dikarantina, dirinya bersama suami dan anaknya memulai perjalan dari Cangkuang sekitar seminggu yang lalu.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta. Purwakarta-Bandung ongkosnya cuma Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.
Masitoh melanjutkan, dari Cikarang kemudian ia bersama keluarganya jalan kaki menuju Cikampek. Lalu lanjut ke Karawang, Subang, hingga Indramayu.
"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus," ucap Masitoh.
Saat berada di bus, Masitoh ditanya terkait tujuannya. Ia kemudian mengaku hendak pergi ke Tegal, Jawa Tengah.
"Ditanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.
Baca Juga: Cekcok dengan Suami, Ibu dan Anak Jalan Kaki di Tol, Menangis hingga Basah Kuyup
Setelah di Tegal, Masitoh dan keluarganya melanjutkan perjalan ke Gombong, Jawa Tengah. Setelah sampai Gombong, mereka balik lagi ke Bandung.
"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.
Masitoh mengungkapkan, bahwa dirinya bersama suami dan dua anaknya melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun. Bahkan, Masitoh sudah sampai ke Jawa Timur.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu memang yang namannya cari kerja susah," ujarnya.
Masitoh mengatakan, selama satu tahun keliling pulau Jawa, dia mengibaratkan jalan-jalan gratis. Kalau tak ada yang memberikan tumpangan, maka ia dan keluarga akan jalan kaki.
Baca Juga: Terungkap Suami Istri Bawa 2 Anak Jalan Kaki Gombong-Bandung Bukan Mudik, Tapi Demi Menyambung Hidup
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV