Pembersihan Tumpahan Minyak Pantai Karawang Diharapkan Memperhatikan Ekosistem Bawah Laut
Peristiwa | 29 April 2021, 12:51 WIBKARAWANG, KOMPAS.TV – Kebocoran pipa di area BZZA Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Karawang, Jawa Barat, mengakibatkan tumpahan minyak.
Sejumlah petambak, warga, dan pelaku wisata khawatir bakal muncul akibat berkepanjangan dari tumpahan minyat tersebut.
Mereka berharap pembersihan limbah dan pemulihan kawasan segera dirampungkan sehingga dampaknya tidak meluas.
Melansir dari Kompas.id, Kamis (29/4/2021), tumpahan minyak sejak Kamis (15/4/2021) itu, tercerer di sejumlah pantai di pesisir utara Karawang dalam kurun waktu yang berbeda. Wilayah sebaran minyak datang menyesuaikan arah angin dan ombak laut.
Wakil Ketua Kelompok Wisata Tangkolak Yanto di Karawang, Rabu (28/4/2021), mengungkapkan, tumpahan minyak muncul di sekitar perairan Tangkolak pada 18 April 2021. Meski tidak sampai ke darat atau pesisir pantai, dia khawatir, minyak itu berdampak pada spot wisata snorkeling dan diving di Tangkolak.
Ada puluhan warga bergantung hidup dari usaha wisata di Tangkolak. “Kami khawatir kejadian (tumpahan minyak) ini bakal seperti tahun 2019. Jika tumpahan kian berlarut, kami harus menahan diri hingga kondisi membaik. Tidak mau ambil risiko,” kata Yanto.
Baca Juga: Jeritan Warga Pesisir Karawang yang Kena Tumpahan Minyak PT Pertamina
Diketahui, pada Juli 2019 lalu, spot menyelam yang terletak di Kecamatan Cilamaya Wetan juga penah ditutup karena rentan membahayakan pengunjung. Penutupan itu berlangsung lama.
Kemudian, wisata tersebut kembali melayani wisatawan akhir tahun 2019. Namun, pandemi Covid-19 kembali membuat terpuruk roda perekonomian warga di sekitarnya.
Oleh karena itu, ke depan, Yanto berharap pembersihan tidak hanya dilakukan untuk minyak di permukaan air. Dia meminta ekosistem di bawah laut ikut diperhatikan.
Selain itu, hasilnya juga harus disampaikan kepada masyarakat umum, sehingga memberi rasa aman bagi siapa saja yang akan datang.
Tangkolak menjadi bagian kecil dari kawasan pantai utara Jawa Barat yang masih memiliki gugusan terumbu karang. Hanya butuh waktu 20-45 menit menggunakan perahu nelayan dari bibir pantai di Karawang, untuk bisa menikmati gugus terumbu Ciparage dan Sendulang.
Di kawasan ini juga kerap ditemukan keramik dan koin yang diperkirakan berasal dari bangkai kapal era Hindia Belanda.
Hal serupa juga diutarakan oleh Ketua Koperasi Garam Segarajaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi yang berharap penanganan tumpahan minyak bisa segera rampung. Ia mengungkapkan bahwa pada Juni 2021, petani garam akan memasuki masa produksi. Apabila air laut tercemar minyak, hasil dan kualitas produksi garam dapat terdampak.
”Kompensasi dari kejadian serupa dua tahun lalu saja ada yang belum dibayarkan. Jangan sampai tumpahan minyak ini terus berlarut dan membuat kami terus merugi,” ucap Aep.
Berkaca pada insiden yang sama bulan Juli 2019 lalu, sejumlah pembudidaya mengeluhkan endapan minyak berwarna kuning kecoklatan di kolam air garam. Spot minyak yang mengambang tersebar di lapisan permukaan air garam.
Akibatnya, mereka menahan diri tidak memasukkan air laut yang terpapar tumpahan minyak ke meja kristalisasi pada masa produksi Agustus dan September.
Tak hanya itu saja, kekhawatiran penurunan kualitas air laut juga diungkapkan Endi Muhtarudin (63), petambak udang di Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes.
Pasca insiden 2019 itu, tak sedikit petambak udang vaname yang panen sebelum waktunya lantaran khawatir akan memicu kematian udang. Endi mengaku merugi hingga miliaran rupiah akibat panen dini.”
Baca Juga: Pertamina Kebut Pembersihan Sisa Tumpahan Minyak di Pantai Karawang
Kualitas air pasti terganggu. Pihak Pertamina hendaknya lebih serius dalam penanggulangan ini. Jangan sampai terulang kembali,” ucapnya.
Sementara Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana memberikan target pembersihan maksimal tiga minggu atau sebelum Lebaran. ”Jika sudah beres, pemulihan lingkungan akan dilakukan sesuai kajian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ucap Cellica.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV