> >

Ambil Foto, Rombongan Mensos Dimarahi Orang Rimba: Di Perempuan Ada Dewa, yang Difoto Kena Musibah

Berita daerah | 15 Maret 2021, 11:51 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat mengunjungi kelompok Orang Rimba Sungai Terap di Desa Jelutih, Kabupaten Batanghari, Jambi. (Sumber: Kompas.com)

JAMBI, KOMPAS.TV- Ada kisah menarik yang dialami rombongan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini saat datang menemui Orang Rimba di Desa Jelutih, Kabupaten Batanghari, Jambi, Rabu (10/3/2021) pekan lalu.

Rombongan Risma, sapaan akrab sang menteri, ternyata sempat dimarah-marahi oleh penduduk setempat terutama kaum wanita karena akan mengambil foto mereka.

"Awalnya mereka menolak. Adat melarang para perempuan difoto dan berinteraksi dengan orang luar," kata Manager Komunikasi Warsi Jambi Sukma Reni, Minggu (15/3/2021).

Baca Juga: Perekaman E-KTP Orang Rimba Disaksikan Mensos

Reni mengungkapkan, penolakan ini dengan alasan ada denda adat yang bakal diberlakukan apabila memfoto Orang Rimba tanpa izin.

Reni menceritakan saat kunjungan dadakan Mensos Risma ke lokasi sudong (rumah Orang Rimba), para perempuan banyak yang marah-marah, karena banyak orang yang mau mengambil foto.

"Kita jelaskan kepada para tamu yang datang. Bahwa aturannya tidak boleh mengambil foto perempuan Rimba," imbuh Reni.

Tidak hanya itu, dalam proses perekaman KTP milik Orang Rimba itu berundingnya sangat alot. Tiga tumenggung keberatan para perempuan diambil fotonya.

Baca Juga: 3.000 Orang Rimba Sah Jadi Warga Negara Indonesia

Reni bersama Direktur Jenderal Catatan Sipil Kementraian Dalam Negeri, Zudan Arif Fakrulloh pun menjelaskan pentingnya KTP.

Dengan adanya KTP, Orang Rimba bisa mengakses layanan publik berupa kesehatan, ekonomi dan pendidikan.

"Kita kasihan juga. Satu sisi menghormati kepercayaan dan tradisi Orang Rimba. Sisi lain, para perempuan itu banyak juga yang janda, jadi mereka juga berperan sebagai kepala keluarga," kata Reni seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (16/3/2021).

Baca Juga: Dibuka Peluang Orang Rimba Jadi Polisi

Menurut kepercayaan Orang Rimba, pada perempuan terdapat dewa. Apabila difoto, maka dewanya akan marah.

Sehingga perempuan yang difoto bersama kelompoknya akan terkena musibah seperti sakit sampai pada kematian.

"Kalau sakit itu dendanya puluhan kain. Tapi kalau sampai meninggal dunia, karena difoto dendanya berat, bisa 600 bidang kain," kata Reni lagi.

Untuk itu, orang setempat sangat menjaga foto maupun gambar perempuan Rimba. Jangan sampai tersebar luas ke publik.

Baca Juga: Orang Rimba Belajar di Bawah Pohon

Sementara itu Tumenggung Ngalembo, pimpinan Orang Rimba Terap mengucap terima kasih kepada pemerintah yang telah mengakui mereka sebagai warga negara, dengan memberikan Orang Rimba KTP.

"Kami senang. Dengan KTP, orang desa dapat bantuan, kami juga bisa dapat bantuan. Kami tidak berbeda lagi dengan warga lain," kata Ngalembo.

Semua perempuan dari kelompoknya, khusus untuk perekaman KTP boleh untuk difoto. Padahal selama ini, kata Ngalembo perempuan Orang Rimba dibatasi berinteraksi dengan orang luar dan orang luar dilarang mengambil foto Orang Rimba tanpa izin.

Menurut adat Orang Rimba, ungkap Ngalembo, mengapa perempuan dilarang difoto, karena dewa-dewa itu banyak yang bersemayam pada perempuan. Dengan memotret Orang Rimba sama dengan mengubah alam atau artinya mengambil yang hidup dari kehidupan.

"Dewo (Dewa) banyak tinggal di perempuan. Kalau difoto nanti dewo marah. Kalau marah perempuan itu bisa sakit atau sampai meninggal dunia," sebut Ngalembo.

Baca Juga: Lembaga Eijkman Teliti Nyamuk di Pemukiman Orang Rimba

Makanya aturan Orang Rimba dengan keras melarang orang luar menfoto Orang Rimba. Hukuman terberat dalam menfoto Orang Rimba itu, (mati dibangun).

"Denda ini diberlakukan kalau sampai ada korban meninggal dunia. Itu dendanya 600 bidang kain. Itu pun harus melalui perundingan dulu," tandas Ngalembo.

Penulis : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU