Kampung di Ponorogo Ini Disebut Kampung Mati, Begini Kondisinya
Viral | 5 Maret 2021, 11:27 WIBPONOROGO, KOMPAS.TV- Sebuah kampung di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mendadak viral di media sosial. Dikenal sebagai kampung mati, kampung yang berada di Dusun Krajan I, Dukuh Sumbulan, Desa Plalang, Kecamatan Jenangan ini memang sudah lama tak berpenghuni.
Lantas, bagaimana kampung mati tersebut bisa tak berpenghuni?
Sejatinya, kampung yang juga dikenal dengan nama Sumbulan itu dihuni sekitar 30 kepala keluarga (KK). Salah satu mantan warga Kampung Sumbulan, Sumarno menceritakan hal tersebut.
Menurutnya, sejak lima tahun terakhir, kampung tersebut sama sekaili tidak berpenghuni dan pindah ke tempat lain lantaran akses jalan yang sulit.
Baca Juga: Viral! Jalan Tol Surabaya Dibilang Rumit dan Memusingkan, Apa Kata Jasa Marga?
“Seluruh warga pindah sehingga disebut kampung mati,” imbuh dia seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (5/3/2021).
Sumarno mengungkapkan, pada tahun 1980 di Kampung Sumbulan pernah berdiri sebuah pondok pesantren (Ponpes).
Ponpes ini didirikan oleh seorang anak ulama dari Demak bernama Nyai Murtadho.
Sejak saat itu, banyak warga yang datang dan belajar agama di pondok pesantren tersebut.
Bahkan warga yang datang banyak yang berasal dari luar daerah Ponorogo.
Baca Juga: Viral Pamer Pelat Nomor Mobil TNI, Pelaku Mengaku Dapat Pelat Palsu dari Jakarta
Namun, lanjut Sumarno, keadaan berubah setelah Nyai Murtadho dan keluarganya meninggal. Efeknya pondok pesantren semakin sepi.
Padahal Kampung Sumbulan cukup luas karena punya lahan sekitar 3 hektar.
“Sejak saat itu, satu per satu warga di Kampung Sumbulan pindah ke wilayah lain sehingga sepi sampai saat ini,” paparnya.
Kepala Desa Plalangan, Ipin Herdianto membenarkan kondisi sepi di Kampung Sembulan yang akhirnya dikenal dengan sebutan Kampung Mati itu.
Baca Juga: Camry Hitam Berpelat Nomor TNI Palsu yang Viral Ternyata Punya Warga Bandung
Ipin menjelaskan, sejak lima tahun terakhir kampung tersebut tak berpenghuni. Padahal di dalam kampung ada empat bangunan rumah permanen yang masih layak huni.
Sehingga sempat pula ada dua KK yang memilih tinggal di sana. Namun, kedua KK itu akhirnya tetap memilih langkah yang diambil warga lainnya untuk pindah.
“Dahulu masih ada dua kepala keluarga. Tetapi, empat atau lima tahun lalu sudah tidak lagi yang tinggal di lingkungan tersebut,” kata Ipin, Kamis (4/3/2021).
Soal ramainya kampung mati itu pada beberapa tahun lalu juga dibenarkan Ipin. Dia menjelaskan kampung tersebut ramai dikunjungi oleh orang untuk menimba ilmu di Desa Plalang.
Baca Juga: Viral Video Selebgram Dinda Shafay Dilecehkan, Ini Respons Kopi Kenangan
Namun lambat laut, warga memilih pindah mengikuti keluarga ke kampung lain.
Dia pun membantah bila warga meninggalkan kampung itu karena persoalan mistis meski dia tak memungkiri seluruh tempat pasti memiliki cerita mistis masing-masing.
“Warga banyak meninggalkan kampung tersebut karena kondisinya sepi. Karena tempatnya tidak ramai ada yang sudah nikah ikut pasangannya. Kemudian, yang punya anak ikut anaknya," tutur Ipin.
Tapi, meski kampung mati itu kosong tak berpenghuni, ternyata ada mushala yang masih dimanfaatkan warga utuk menjalankan ibadah Shalat Zuhur dan Ashar.
Mereka yang datang adalah petani yang memiliki sawah di dekat lingkungan tersebut.
“Mushala masih sering dipakai untuk beribadah. Dan selalu dibersihkan setiap hari,” imbuhnya.
Baca Juga: Viral Sunmori Terobos Ring 1, Paspampres: Bahaya Tidak Langsung, Harus Segera Dilumpuhkan
Lebih lanjut Ipin mengatakan hingga saat ini, tidak ada satu pun warga yang ingin kembali ke kampung tersebut karena mereka sudah memiliki rumah sendiri.
Namun sesekali mereka datang ke kampung mati karena masih memiliki aset. Kepemilikan tanah di kampung tersebut sebagian besar dikuasai beberapa ahli waris.
Serta mereka datang untuk menggelar acara peringatan hari wafatnya pendahulu yang meninggal di kampung tersebut.
Kampung mati tersebut sempat ditawar oleh pengembang untuk dijadikan komplek perumahan.
Baca Juga: Viral! Seorang Pengunjung Mal Menempelkan Sepatunya ke Bagian Tepi Eskalator: Sepatu Anda Kotor?
Namun pemilik tanah menolak tawaran tersebut. Mereka hanya akan menjual tanah mereka jika untuk membangun pesantren.
"Namun, bila dibeli untuk pembangunan pesantren ahli waris menerimanya," ujar Ipin.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV