> >

Belasan Pegawai RSUD Waluyo Jati Kraksaan Trauma Setelah Ratusan Warga Ambil Paksa Jenazah Covid-19

Update corona | 24 Januari 2021, 13:57 WIB
Ilustrasi jenazah Covid-19 saat dikeluarkan oleh pihak keluarga dari ambulan secara paksa (Sumber: Dok.Kompas TV Ambon)

PROBOLINGGO, KOMPAS.TV - Sugianto tidak habis pikir atas kejadian jenazah pasien positif Covid-19 yang sedang dirawat di RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Kabupaten Probolinggo diambil paksa oleh ratusan warga Desa Kalibuntu.

Baca Juga: Kasus Perusakan Rumah Sakit dan Pengambilan Paksa Jenazah Didalami Polisi

Humas RSUD Waluyo Jati Kraksaan ini menyayangkan kejadian tersebut, dan yang pasti peristiwa ini menimbulkan kerugian materiel dan immateriel. 

"Pegawai RSUD juga trauma," kata Sugianto, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/1/2021). 

Menurut Sugianto, kerugian materiel yang ditimbulkan dari insiden tersebut berupa rusaknya sejumlah fasilitas dan aset RSUD, seperti pintu, papan nama, kaca, pagar, kasur pasien, tembok, pot bunga, dan fasilitas lainnya. 

"Total kerugian materiel diperkirakan Rp 35 juta. Sebagian dari fasilitas yang rusak tersebut kini sedang diperbaiki," ujar Sugianto.

Ia mengatakan, RSUD dan segala fasilitasnya itu disiapkan menggunakan uang rakyat.

Namun, masyarakat sendiri yang merusak fasilitas untuk menunjang pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Selain kerugian materiel, lanjut Sugianto, RSUD juga mengalami kerugian immateriel. 

Yaitu rasa trauma dan merasa ketakutan yang dialami oleh para pegawai RSUD, mulai tenaga kesehatan, bagian administrasi, sekuriti, hingga cleaning service. 

Kurang lebih belasan pegawai yang bekerja pada saat kejadian itu berlangsung. 

"Sejumlah warga yang menerobos masuk rumah sakit dan merebut jenazah dengan bringas, berteriak-teriak dan berkerumun. Psikis para pegawai cukup terpukul dari kejadian tersebut," ungkap Sugianto. 

Karenanya, RSUD melakukan pemulihan psikis terhadap para pegawai yang mengalami trauma tersebut. 

Mereka diberi motivasi dan pembinaan, serta dibangun lagi semangatnya bahwa tugas dan peran mereka sangat penting di masa pandemi Covid-19 ini. 

Harapannya, para pegawai perlahan menyadari bahwa tugas mereka memiliki resiko, seperti insiden tersebut. 

Dia berharap, kejadian tersebut pertama dan terakhir. Karena penanganan Covid-19 butuh kesadaran dan pemahaman masyarakat juga. 

Sugianto menceritakan, awalnya keluarga sudah sepakat dan menyadari agar jenazah dimakamkan secara protokol kesehatan karena hasil rapid dan swab, reaktif dan positif. 

Namun, tiba-tiba ada yang memprovokasi lalu menghubungi warga Desa Kalibuntu hingga kemudian terjadilah perebutan jenazah. 

Baca Juga: Keluarga Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid-19 dan Merusak Fasilitas Rumah Sakit

"Tapi, kami sudah serahkan kepada pihak kepolisian. Sedikitnya ada 18 pegawai RSUD yang sudah diperiksa polisi. Saya juga sudah dimintai keterangan oleh polisi sekaligus mewakili RSUD melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Polres Probolinggo," ujar Sugianto.

Kapolres Probolinggo AKBP Ferdy Irawan mengatakan, proses hukum kasus pengambilan paksa jenazah positif Covid-19 tetap berjalan. 

Pada Jumat (21/1/2021) lalu, 12 orang yang terlibat dalam kasus perebutan jenazah mendatangi Mapolres Probolinggo secara sukarela untuk diperiksa dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. 

Sebelumnya, beredar video seratusan warga menerobos masuk ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengambil paksa jenazah pasien Covid-19.

Dalam video itu, warga berteriak saat mengambil jenazah pasien berinisial R. 

Orang-orang yang terlihat emosional itu kemudian beramai-ramai memindahkan jenazah ke atas mobil pikap milik warga untuk dibawa ke rumah duka. 

Penulis : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU