Filosofi di Balik Noken Papua Yang Jadi Doodle Google Hari Ini
Gaya hidup | 4 Desember 2020, 13:27 WIBKOMPAS.TV - Doodle Google hari ini, Jumat (4/12) menampilkan dua orang sosok perempuan dengan noken di kepala dengan latar belakang pemandangan bukit yang indah dan rumah Honai khas Papua.
Doodle Google kali ini bertujuan untuk semakin memperkenalkan Noken, tas tradisional Papua yang syarat makna. Noken dibuat oleh perempuan Papua dengan menggunakan bahan alam, seperti serat pohon, kulit kayu, atau daun yang diproses menjadi benang yang kuat.
Benang-benang tadi lalu diikat atau dianyam menjadi sebuah tas. Noken kerap digunakan untuk mengangkut hasil pertanian dan membawa barang dagangan ke pasar.
Tas serbaguna ini disebut tahan lama dan bisa membawa barang yang cukup berat, seperti kayu bakar, hewan, atau menggendong anak kecil sambil mendaki dan turun bukit. Keunikan noken khas Papua terlihat dari bagaimana cara mereka membawanya. Tidak seperti layaknya tas yang digendong atau dijinjing, noken digantungkan di kepala perempuan-perempuan perkasa Papua.
Noken telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari UNESCO pada 4 Desember 2012, tepat delapan tahun yang lalu.
Baca Juga: Kampung Noken Untuk Lestarikan Budaya Suku Moi Papua
Filosofi Kehidupan yang Baik dan Kesejahteraan
Tas noken bukan sembarang tas, karena ada filosofi di balik tas ini. Dirangkum dari Kompas.com dan TribunNews.com, noken dianggap menjadi simbol perdamaian, juga kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua, terutama warga di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee atau ekari, Damal, Yali, Dani, Lani dan Bauzi.
Noken juga menjadi simbol kehidupan yang baik dan kesejahteraan, karena ia dibuat dari material yang berasal dari hutan dan digunakan pula untuk membawa hasil hutan.
Baca Juga: Perajin Noken di Sorong Terkendala Lapak Berjualan
Selain memenuhi tujuan sosial dan ekonomi, noken juga menjadi simbol penyatuan budaya antara lebih dari 250 kelompok etnis di Papua. Noken yang diwariskan dari generasi ke generasi ini sering menjadi simbol dalam penyelesaian sengketa secara damai.
Yang menarik, hanya orang Papua saja yang boleh membuat noken. Sejak kecil, para perempuan di Papua sudah harus belajar untuk membuat noken. Noken dianggap melambangkan kedewasaan seorang perempuan Papua. Bilamana si perempuan sudah mampu membuat noken, ia sudah bisa dianggap dewasa dan dapat menikah.
Untuk membuat noken, orang Papua bisa menggunakan kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau anggrek hutan dan sejumlah kayu pohon lain sebagai bahan baku.
Membuat noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali atau benang. Variasi warna pada noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu. Untuk noken berukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya.
Baca Juga: Cerita Noken Pustaka dari Tanah Papua
Cerita di Balik Doodle Google
Lalu, siapa sosok di balik doodle noken ini dan apa alasan di balik karyanya? Doodle Google edisi noken khas Papua dibuat oleh seniman asal Depok, bernama Danu Fitra.
Danu memang memiliki ketertarikan personal dengan Indonesia Timur, khususnya Papua yang menyimpan kekayaan budaya, kelompok etnis, dan pemandangan yang menakjubkan.
"Saya menggambar dua orang Papua dalam perjalanan pulang dari hutan dan menggunakan noken untuk membawa hasil pertanian, salah satu kebutuhan sehari-hari mereka," ungkap Danu, dirangkum dari laman resmi Google.
Danu juga menambahkan ilustrasi dua rumah adat Papua Honai dan pemandangan lembah Baliem nan eksotik.
"Jenis huruf (tulisan Google) terinspirasi oleh bentuk noken itu sendiri dan elemen dekoratifnya terinspirasi oleh pola Noken," jelas Danu.
Dia berharap, doodle buah karyanya yang muncul di laman utama Google.com hari ini bisa semakin memperkenalkan noken ke lebih banyak masyarakat luas, bukan cuma di Indonesia namun juga dunia internasional.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV