Pekan Budaya Difabel 2020 Jadi Bukti Difabel Yogyakarta Tak Melulu Bicara Advokasi
Berita daerah | 30 November 2020, 20:18 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Difabel di Yogyakarta punya acara sendiri menunjukkan eksistensinya. Tidak melulu lewat jalur advokasi, para difabel di Yogyakarta punya Pekan Budaya Difabel.
Perhelatan yang sudah memasuki tahun kedua ini, bukan sekadar tempat kumpul-kumpul para difabel di Yogyakarta. Pekan Budaya Difabel 2020 menjadi ajang para difabel di Yogyakarta mengaktualisasikan dirinya lewat karya.
Pekan Budaya Difabel 2020 juga menjadi perwujudan komunitas inklusi di Yogyakarta karena para difabel berinteraksi, berkolaborasi, dan menyatu dengan masyarakat.
“Pekan Budaya Difabel ini jadi perayaan kemampuan para difabel di Yogyakarta, jadi tidak lagi ngomong soal advokasi tetapi menunjukkan kemampuan, karya, dan bakat mereka,” ujar Broto Wijayanto, Komite Pekan Budaya Difabel 2020, Senin (30/11/2020).
Baca Juga: Difabel Temukan Box Penetral Virus Covid-19
Ia mengungkapkan, sebelum bernama Pekan Budaya Difabel, perhelatan ini bernama Jambore Difabel yang sudah digelar beberapa kali. Namun, Jambore Difabel hanya digelar satu sampai dua hari dan Dinas Kebudayaan DIY memutuskan untuk mengakomodasi waktu penyelenggaraan lebih lama sehingga berganti nama menjadi Pekan Budaya Difabel.
Pada tahun ini, Pekan Budaya Difabel mengambil tema Pancarona. Menurut Broto, pancarona dipilih sebagai representasi karakter dari masing-masing difabel di Yogyakarta.
Ia menuturkan setiap difabel di Yogyakarta memiliki karakter khasnya yang diibaratkan sebagai warna. Jika mereka bertemu, maka warna-warna akan menjadi satu dan memperkuat komunitas inklusi.
Rangkaian kegiatan Pekan Budaya Difabel 2020 sebagian besar digelar secara daring dan luring, mulai 30 November sampai 4 Desember 2020. Aktivitas daring bisa diikuti melalui platform Instagram @pekanbudayadifabel.yk dan channel Youtube Dinas Kebudayaan DIY: tasteofjogja disbud DIY.
Sementara kegiatan luring berupa Rona Expo diadakan di KASULI (Kafe Susu Tuli) Jalan Langenarjan Lor 16A Panembahan Kraton Yogyakarta, mulai 30 November sampai 4 Desember 2020. Di tempat ini, pengunjung bisa menyaksikan keragaman warna karya 22 peserta dari komunitas difabel Yogyakarta.
Program acara Pekan Budaya Difabel 2020 daring yang bisa disaksikan meliputi Rona Citra berupa pameran foto virtual 30 pelaku seni di Yogyakarta yang bercerita secara visual dan teks tentang bagaimana seni memberi makna dan membuat mereka bertahan selama masa pandemi Covid-19.
Kedua, Rona Ikatan yakni workshop seni yang melibatkan seniman arus utama sebagai fasilitator atau pemateri dan komunitas inklusi sebagai peserta. Para seniman yang akan terlibat adalah Jamaluddin Latif (teater), Joan Widya Anugrah (seni rupa), Saryanta (gamelan), Mila Rosinta (tari), dan Asita Kaladewa (pantomim).
Baca Juga: Karya Difabel, Batik Ciprat Bermotif Virus Corona
Ketiga, Rona Tualang yang menghadirkan lima sosok inspiratif yang akan berkunjung dan mengeksplorasi (berpetualang) ke lima lokasi yang berbeda. Mereka berdialog dengan pemangku pada setiap lokasi membahas tentang bagaimana membangun masyarakat inklusi yang ideal. Mereka yang akan berpetualang dan berdialog itu adalah Sukri Budi Dharma (Butong) ke Artjog, Nurul Saadah Andriyani ke Museum Sonobudoyo, Arif Wicaksana ke Anterdans, Endang Sundayani ke Taman Budaya Yogyakarta, dan Joni Yuliyanto ke universitas di Yogyakarta.
Keempat, Rona Perjumpaan, yakni diskusi daring yang melibatkan pegiat inklusif dari berbagai negara, seperti, Epic Arts Kamboja, Creative Core BN Brunei Darussalam, Dancesequences Inc Amerika Serikat, True Colors Festival Jepang, dan Ria Papermoon Indonesia.
Sederet acara lainnya adalah Rona Aksi berupa karya pertunjukan kolaborasi komunitas inklusif yang melibatkan difabel dan non-difabel dalam format video, Rona Peran atau operet, dan Rona Pena berupa proses interaksi dan berkarya berbagai pihak yang terlibat dalam Pekan Budaya Difabel di Yogyakarta yang dirangkum dalam tulisan serta dokumentasi dan diabadikan dalam sebuah buku.
Penulis : Switzy-Sabandar
Sumber : Kompas TV