Dikira Layangan, Warga Tuban Gambarkan Sinar yang Diduga Lintang Kemukus
Peristiwa | 13 Oktober 2020, 19:15 WIBPenjelasan Peneliti
Lintang kemukus dijelaskan sebagai jenis meteor yang agak besar.
Hal tersebut disampaikan Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Emanuel Sungging Mumpuni.
"Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor," kata Sungging, Minggu (11/10/2020) pagi.
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, juga terjadi hujan meteor Draconid pada 6-10 Oktober 2020.
Baca Juga: Hadapi Fenomena La Nina, Rekomendasi BNPB untuk Masyarakat
Sungging membenarkan kemungkinan bahwa fenomena yang terlihat tersebut juga termasuk hujan meteor.
"Bisa jadi (hujan meteor Draconid)," jawabnya.
Hujan meteor Draconid ini disebutnya hanya akan berlangsung sekitar dua hari. Selain itu, fenomena ini juga normal terjadi dan tidak berbahaya.
Sementara menurut astronom amatir Marufin Sudibyo, penampakan cahaya lurus kemerahan pada 10 Oktober di Tuban-Lamongan-Bojonegoro dan sedikit Jombang itu bukan lintang kemukus.
“Ditunjang dengan citra satelit cuaca di malam tersebut, maka sementara bisa disimpulkan fenomena itu buatan manusia, produk pemantulan cahaya lampu-lampu kuat di darat ke langit,” tulis Marufin melalui akun Twitter pribadinya @marufins.
Baca Juga: Peneliti ITB: Ada Potensi Tsunami Besar di Selatan Pulau Jawa
Dalam astronomi, lintang kemukus adalah komet, benda langit kecil yang sangat kaya es dan bekuan senyawa ringan lainnya.
Komet membentuk struktur ekor saat mendekati matahari. Oleh sublimasi bekuan-bekuannya menjadi gas dan plasma yg mendorong debu-debu dan pasir penyusun komet ke lingkungan.
“Pada saat ini tidak ada komet yang kasat mata hadir di langit kita. Maka cahaya lurus kemerahan itu sama sekali bukan lintang kemukus,” kata Marufin.
Penulis : Idham-Saputra
Sumber : Kompas TV