> >

Hari Sumpah Pemuda 2024 Apakah Libur Sekolah? Ini Jadwal dan Sejarahnya

Edukasi | 26 Oktober 2024, 06:30 WIB
Logo Hari Sumpah Pemuda 2024. Apakah Hari Sumpah Pemuda 2024 libur? (Sumber: kemenpora.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) 2024 akan akan dilaksanaka sebentar lagi, tepatnya pada 28 Oktober 2024 mendatang.

Tema Hari Sumpah Pemuda 2024 yang diusung adalah "Maju Bersama Indonesia Raya". Puncak acara peringatan HSP ke-96 akan digelar pada tanggal 28 Oktober 2024 di anjungan rumah adat DI Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Apakah Hari Sumpah Pemuda 2024 Apakah Libur?

Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang libur nasional dan cuti bersama 2024, Hari Sumpah Pemuda 2024 bukan hari libur nasional.

Begitu pula menurut Kalender Pendidikan, Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2024 juga bukan merupakan jadwal libur sekolah.

Baca Juga: Logo dan Tema Hari Sumpah Pemuda 2024, Apakah 28 Oktober Libur Nasional?

Sejarah Hari Sumpah Pemuda

Melansir museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, Sumpah Pemuda adalah ikrar kebangsaan yang dirumuskan melalui sebuah putusan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada 27-28 Oktober 1928.

Ikrar ini adalah pernyataan kebangsaan pemuda pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama, menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Keyakinan itu lalu disebarluaskan untuk dijadikan asas bagi semua perkumpulan kebangsaan Indonesia setelah peristiwa Kongres Pemuda Kedua.

Kongres Pemuda Kedua digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia.

Kongres ini bertujuan untuk memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang telah tumbuh di dalam benak dan sanubari pemuda-pemudi.

Sebelum kongres digelar, para pemuda mengadakan pertemuan terlebih dahulu pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928. Mereka membahas tentang pembentukan panitia, susunan acara kongres, waktu, tempat, dan biaya.

Kemudian pertemuan itu menyepakati bahwa Kongres Pemuda Kedua akan diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi berbeda, yaitu gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106).

Keseluruhan biaya akan ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela. Selain itu, pertemuan juga menyepakati pembentukan kepanitiaan kongres dengan susunan sebagai berikut:

Baca Juga: Presiden Prabowo Subianto: Ajari Kabinet Merah Putih Disiplin, Bukan Militeristik

  • Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
  • Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
  • Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
  • Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond

Rapat pertama, malam hari Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Ketua Kongres, Sugondo Djojopuspito, memberi sambutan.

Ia berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Mohammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop

Rapat kedua, pagi hari, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Rapat Ketiga, Gedung Indonesische Clubgebouw

Rapat ketiga, sore hari, Minggu, 28 Oktober 1928, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Kemudian Ramelan mengemukakan tentang gerakan kepanduan yang tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan. Theo Pengamanan menyampaikan bahwa pandu sejati adalah pandu berdasarkan semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air Indonesia.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” oleh Wage Rudolf Supratman melalui lantunan biola. Lagu tersebut disambut dengan sangat antusias oleh peserta kongres.

Kemudian kongres ditutup dengan pembacaan sebuah keputusan oleh Sugondo Djojopuspito. Keputusan ini dirumuskan oleh Mohammad Yamin, salah satunya Sumpah Pemuda yang berbunyi:

Pertama.

Kami Putera dan Putri Indonesia,
Mengaku Bertumpah Darah yang Satu,
Tanah Indonesia.

Kedua.

Kami Putra dan Putri Indonesia,
Mengaku Berbangsa yang Satu,
Bangsa Indonesia.

Ketiga.

Kami Putra dan Putri Indonesia,
Menjunjung Bahasa Persatuan,
Bahasa Indonesia.

 

Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU