> >

Cerita Alumni UNS Lulus Tanpa Skripsi: Bikin Video Dokumenter, Jadi Portofolio untuk Lamar Kerja

Kampus | 30 Agustus 2023, 14:10 WIB
Cerita alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang lulus tanpa skripsi. (Sumber: uns.ac.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Skripsi kini tak lagi wajib sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1. Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, Selasa (29/8/2023).

Nadiem mengumumkan adanya aturan baru terkait standar kelulusan bagi mahasiswa S1 yang tak lagi wajib menulis skripsi. Aturan tersebut adalah Peraturan Mendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

“Tugas akhir bisa berbentuk macam-macam. Bisa bentuk prototipe dan proyek. Bisa bentuk lainnya,” kata Nadiem Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-26, Selasa (29/8).

Baca Juga: Mahasiswa S1 Tak Wajib Tulis Skripsi untuk Bisa Lulus, Bisa Bikin Proyek Individu dan Kelompok

Sebelum adanya peraturan tersebut, beberapa perguruan tinggi ternyata sudah mengizinkan mahasiswanya untuk lulus tanpa skripsi. Salah satunya Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah.

Cerita Alumni UNS yang Lulus Tanpa Skripsi

Arief Rahman Hakim, alumni program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik (FISIP) UNS menceritakan pengalamannya bisa lulus tanpa skripsi. Dia mengganti skripsi dengan tugas akhir memproduksi video dokumenter.

“Itu setara, kalau di Ilkom FISIP UNS, tugas akhir (video dokumenter) setara skripsi. Jadi, kalau bikin tugas akhir (video dokumenter) ya kita nggak bikin skripsi,” kata Arief saat dihubungi KompasTV, Rabu (30/8/2023).

Arief bilang, dia sudah mengambil spesialisasi video sebelum mengajukan tugas akhir dokumenter. Diketahui, ada empat spesialisasi di Ilkom UNS, yakni public relations, advertising, video, dan radio.

Pria yang akrab disapa Arief Mugu ini mengatakan, prosedur pembuatan video dokumenter ini hampir mirip dengan skripsi, yakni mengajukan proposal ke program studi dan dibimbing oleh dosen pembimbing.

“Cuma, mungkin kemasannya yang kita buat beda. Yang paling penting itu, kalau tugas akhir dokumenter itu bisa lebih luas cangkupannya. Isu apapun kalau kita mau dan dosen menyetujui, ya kita bisa,” jelas Arief.

“Jadi, penerapan ilmu komunikasi itu bukan di riset komunikasi, tapi bagaimana kita mengolah temuan di lapangan menjadi sebuah produk komunikasi,” sambungnya.

Baca Juga: Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah dan Pengertiannya: Skripsi, Tesis hingga Disertasi

Alasan Pilih Video Dokumenter

Ditanya soal alasan memilih video dokumenter ketimbang skripsi untuk kelulusan, Arief menjelaskan bahwa hal ini karena dia pernah magang di sebuah rumah produksi yang berfokus pada dokumenter, yakni Watchdoc.

“Sebelum aku masuk di magang dokumenter itu, dulu aku melihat beberapa senior yang ngerjain dokumenter buat tugas akhir itu aku rasa keren,” ungkap dia.

Selain itu, video dokumenter ini juga bisa menjadi format baru dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia. Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia rendah.

Melalui media audio visual ini, Arief berharap isu yang dibawa dapat menjadi pemantik diskusi, tak hanya di kalangan akademisi, tetapi juga di masyarakat luas.

“Intinya yang aku dapetin ketika bikin dokumenter, terutama kalau dari hasil riset, terus kita bikin audio visual itu bisa buat diseminasi ilmu pengetahuan,” ucap dia.

Baca Juga: Akal-akalan Dosen Klaim Skripsi Mahasiswa di Jurnal Internasional Demi Gelar Guru Besar

Arief menambahkan, video dokumenter ini juga bisa menjadi portofolio yang kuat saat melamar pekerjaan. Pihak recruiter bisa mengetahui kemampuan Arief di bidang media melalui portofolio yang dimilikinya.

“Dan aku juga kemarin kebantu banget ketika tugas akhir dokumenter, aku ngelamar di media, itu bisa jadi portofolio yang kuat untuk jadi obrolan sama kantor. Jadi mereka tahu aku bisa membuat satu produk sesuai jurusan kuliahku,” pungkas Arief yang saat ini bekerja sebagai jurnalis di salah satu portal media nasional.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU