10 Pahlawan Nasional Pejuang Kemerdekaan, Wajib Tahu di HUT ke-78 RI 17 Agustus
Edukasi | 14 Agustus 2023, 09:05 WIBCut Nyak Meutia bertempur melawan Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau lebih dikenal sebagai Teuku Tjik Tunong.
Mereka bersama-sama melalui perjuangan yang panjang, namun pada akhirnya Teuku Tjik Tunong ditangkap oleh pihak Belanda pada bulan Maret tahun 1905.
Teuku Tjik Tunong kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Belanda di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, ia berpesan pada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya sepeninggal dirinya kelak.
6. Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang lahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi adalah putri dari Pangeran Natapraja yang tak lain adalah seorang penguasa daerah Serang, Jawa Tengah. Ia juga merupakan salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga.
Nyi Ageng Serang merupakan nenek dari R.M. Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
Pada awal Perang Diponegoro pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang yang berusia 73 tahun memimpin pasukan dengan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Tidak hanya turut berperang, ia juga menjadi penasihat perang. Nyi Ageng Serang berjuang di beberapa daerah, seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus dan Rembang.
Nyi Ageng Serang mengikuti pelatihan kemiliteran dan siasat perang Bersama dengan prajurit pria. Menurut keyakinannya, selama ada penjajahan di bumi pertiwi, makai a harus siap tempur untuk melawan para penjajah.
Salah satu strategi perang paling terkenal darinya adalah penggunaan lembu (daun talas hijau) untuk penyamaran.
Nyi Ageng Serang pernah langsung memimpin geriliya disekitar desa Beku, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Doa HUT ke-78 RI Teks dan Bahasa Arab, Bisa untuk Upacara 17 Agustus 2023
7. Agus Salim
Haji Agus Salim berperan banyak dalam memerdekakan Indonesia. Ia memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Sarekat Islam.
Ia juga masuk sebagai anggota PPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, memimpin surat kabar Hindia Baroe, dan masih banyak peran lainnya dalam memperjuangkan Indonesia.
Kemahirannya dalam banyak menguasai bahasa asing, membuatnya dikenal sebagai diplomat yang cerdik dan pendebat yang ulung pada kala itu.
8. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir dikenal sebagai salah satu anggota yang mengorganisir kemerdekaan Indonesia bersama Soekarno-Hatta.
Ia menjadi perintis Jong Indonesie atau Pemuda Indonesia. Dari sini ia ikut meramaikan Kongres Pemuda Indonesia yang menjadi kongres monumental tercetusnya Sumpah Pemuda tahun 1928.
Ia pun aktif dalam Perhimpunan Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Selanjutnya, ia masuk menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) untuk terjun langsung dalam pergerakan nasional.
Pasca kemerdekaan, sejak 14 Agustus 1945 sampai 3 Juli 1947, ia aktif menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia pertama.
9. Otto Iskandardinata
Otto Iskandardinata adalah salah satu tokoh yang mengusulkan Soekarno dan Moh. Hatta menjadi presiden dan wakil presiden pertama untuk Indonesia.
Otto Iskandardinata adalah salah satu anggota BPUPKI dan PPKI, di mana ia aktif mengikuti persiapan kemerdekaan.
Ia awalnya merupakan seorang guru yang juga anggota dari Volksraad atau Dewan Rakyat. Ia pun aktif menjadi anggota Paguyuban Pasundan dalam memperjuangkan Indonesia.
Dari sini, kiprahnya dikenal sebagai orang yang berani mengecam dan non-kooperatifnya terhadap Belanda.
Baca Juga: 87 Link Twibbon HUT ke-78 RI atau 17 Agustus 2023 Keren dan Terbaru, Berikut Cara Buatnya Gratis
Ia pun dijuluki sebagai Jalak Harupat karena keberanian dan kekuatannya dalam menghadapi Belanda tanpa rasa takut.
Semasa penjajahan Jepang, ia menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja. Setelah Indonesia merdeka, ia pun ditunjuk sebagai Menteri Negara pada kabinet Indonesia pertama, dan bertugas untuk membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang tersebar di seluruh Indonesia.
10. Bung Tomo
Bung Tomo dikenal dalam membangkitkan semangat rakyat melawan kembalinya penjajah Belanda. Perjuangan tersebut berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Ia mengobarkan semangat perlawanan, mengajak seluruh rakyat bersatu dan merebut tempat-tempat penting yang diduduki Sekutu.
Penulis : Dian Nita Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Berbagai sumber