> >

Dosen Fakultas Teknik UNY Teliti Penggunaan Serat Rami sebagai Bahan Rompi Anti Peluru

Kampus | 6 September 2022, 14:29 WIB
Ilustrasi anyaman dari serat rami. Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof. Dr. Eng. Ir. Didik Nurhadiyanto melakukan penelitian soal serat rami sebagai bahan rompi anti peluru. (Sumber: uny.ac.id)

SLEMAN, KOMPAS.TV - Dosen jurusan pendidikan teknik mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof. Dr. Eng. Ir. Didik Nurhadiyanto, S.T., M.T., IPU, melakukan penelitian soal penggunaan serat rami sebagai bahan rompi anti peluru. 

Penelitian ini merupakan bentuk respons atas perkembangan teknologi di bidang industri pertahanan senjata militer yang terbilang sangat pesat. 

Muncul peluru jenis baru dengan peningkatan signifikan ukuran, bentuk, dan energi kinetik yang berbeda.

Dikhawatirkan, hal tersebut akan meningkatkan ancaman terhadap manusia sehingga mendorong usaha pengembangan material untuk aplikasi armor balistik yang berteknologi tinggi juga. 

Rompi anti peluru biasanya terdiri dari dua lapisan. First strike layer dan lapis belakang.

First strike layer berfungsi menahan dan menghancurkan ujung peluru, sedangkan panel lapis belakang berguna untuk menyerap energi kinetik peluru. 

Baca Juga: Kisah Fahayu, Wisudawan Terbaik UNY, Dulu Sering Dibully karena Kondisi Ekonomi Keluarga

Umumnya, first strike layer menggunakan material keras macam alumina, borona, silikon karbida, hingga boron karbida. 

Sedangkan panel belakang dibuat dari bahan kompositi polimer yang diperkuat serat ringan seperti serat gelar, serat karbin, serat ultra-high molecular weight poluthylene fibers (UMHWPE), sampai fiber reinforced polimer (FRP).

Didik mengungkapkan penggunaan bahan serat untuk lapis belakang rompi anti peluru sangat memengaruhi dan mengendalikan apakah sebuah peluru bisa tembus atau tidak. 

"Fungsi utama serat adalah untuk menyerap energi peluru yang besar untuk bisa menahan peluru ketika akan menembus panel," kata Didik, dikutip dari laman resmi UNY. 

Kendati material-material pembuat rompi anti peluru sudah dikenal, tetapi sampai saat ini, kebutuhan utama operasional 800.000 prajurit TNI aktif itu, mayoritas masih diimpor. 

Didik memaparkan bahwa serat rami memiliki karakteristik yang mumpuni dan berpotensi menjadi penguat dalam panel komposit tahan peluru. 

Sifat mekanis serat rami memiliki kekuatan tarik mencapai 849 MPa dan ketanguhan di angka 16 Mpa. 

Baca Juga: Tas Anyam Indah nan Unik dari Serat Alam yang Tembus Pasar Internasional

"Apabila kebutuhan serat rami di Indonesia bertambah maka pembudayaan tanaman rami akan meningkat pula sehingga harga serat rami akan bersaing dengan serat alam dan sintetis lainnya. Dari sinilah dikembangkan serat rami sebagai bahan dasar penahan peluru” ungkap Didik.

Selain itu, hasil penelitian yang sudah dilakukan Didik memamparkan bahwa pemanfaatan serat rami untuk membuat panel komposit rompi anti peluru sudah memenuhi level II dan IIA standar NIJ. 

Standar NIJ (US National Institute of Justice) sendiri merupakan pemegang standardisasi pelindung tubuh yang terpercaya. Mereka merinci secara persis tingkat keamanan sebuah rompi anti peluru. 

NIJ memiliki 4 level klasifikasi peluru; level IIa, level II, level IIIa, level III, serta level IV. 

Namun, komposit serat rami anti peluru dalam penelitian Didik belum mencapai level IV yang dikategorikan dengan amunisi kaliber 9mm, 5.56 mm dan 7.62 Nato, serta kaliber 30 Armour piercing (M2 AP). 

Baca Juga: Kapolri Idham Azis Perintahkan Anak Buahnya Siaga: Pakai Helm dan Rompi Anti Peluru

Jenis M2 AP merupakan amunisi surplus militer dari perang dunia kedua dan biasa dikenal sebagai 'tip hitam', merujuk ujungnya yang dicat hitam.

Singkatnya, kelemahan serat rami adalah tidak mampu menahan ketajaman macam M2 AP, meski memiliki sifat sangat ulet. 

“Keadaan akan berbeda bila posisi kita balik, yaitu serat rami kita taruh di depan dan material keras ditaruh di belakang. Peluru tetap akan menembus panel karena serat rami yang ditaruh di depan akan dengan mudah ditembus oleh peluru tajam,” kata guru besar ilmu rekayasa material itu. 

Maka dari itu, Didik mencoba membuat first strike layer dengan bahan keras untuk memecah amunisi lebih dulu. 

Material keras first strike layer yang pernah dikembangkan Didik adalah keramik SiC dan plat baja yang dikeraskan.

Hasilnya, dengan masing-masing dua bahan keras itu, komposit serat rami di lapisan belakang dapat menahan peluru level IV dengan ketebalan tertentu. 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : uny.ac.id


TERBARU