> >

Tantangan Guru Pasca Pandemi Covid-19, Pemahaman Siswa Menurun?

Sekolah | 12 November 2022, 19:35 WIB
(Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Meskipun Pandemi Covid-19 telah berakhir, namun hal ini masih melumpuhkan berbagai sektor aktivitas. Salah satunya turut berdampak pada pendidikan.

Sekolah yang beberapa masih dilaksanakan secara virtual membuat pemerintah terus melakukan penyesuaian tanpa akhir demi kenyamanan bersama.

Salah satu yang berdampak besar adalah kegiatan pengajaran. Beban guru untuk tetap membuat murid-muridnya paham akan materi yang diajarkan sangat besar.

Paman Gery dalam kolaborasi antara siniar Dongeng Pilihan Orangtua dan Nusantara Bertutur, membacakan dongeng yang serupa dengan permasalahan ini. Dongeng ini terdapat dalam episode “Cepat Sembuh Pahlawanku”.

Baca Juga: Sejumlah Siswa Sakit, MAN 1 Kota Gorontalo Belajar Daring 100 Persen

Dongeng itu menceritakan secara gamblang pelbagai kesulitan yang dihadapi seorang guru. Hal ini juga dibahas dalam webinar “Sosialisasi Terobosan Pemanfaatan TIK Sederhana Untuk Mengatasi Hambatan PJJ” yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK).

Dalam kesempatan itu, Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengatakan, pendidikan sebenarnya bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga semua unsur masyarakat.

Menurutnya, masa pandemi memiliki hikmah agar semua orang bisa menjadi guru untuk anak-anak. Hal ini dilakukan agar proses pendidikan tidak terhenti meskipun terdapat beragam kendala.

Selain itu, untuk menjangkau seluruh anak secara merata, perlu dibuat pemetaan agar anak-anak dari daerah yang sulit dijangkau bisa tetap belajar dengan baik.

Berbagai Rintangan dihadapi Guru

Demi memberikan pembelajaran secara optimal, berbagai upaya telah guru lakukan. Melansir Padmanaba, ada guru yang rela membuka pelayanan informasi 24 jam karena ada siswanya yang bergantian menggunakan gawai dengan anggota keluarga lainnya.

Selain itu, terdapat pula guru yang mendadak jadi youtuber atau aktif di media sosial karena menginginkan siswanya memahami pelajaran dengan baik melalui video. Bahkan, di beberapa ada pula guru yang sampai harus menemui siswanya satu per satu.

Hal yang biasa terjadi di daerah terpencil Indonesia adalah belum atau kurang meratanya akses internet. Hingga kini, hal ini masih menjadi perhatian serius akibat tak meratanya pembangunan pendidikan.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka 100% Akan Dilaksanakan, Orang Tua Diberi Opsi Izin: PTM atau PJJ?

Dalam proses pendidikan, kegiatan pembelajaran dan penilaian adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Bagi guru, penilaian bukan sekadar membuat soal. Ada teori tentang evaluasi tugas yang harus dikuasai sehingga penyusunannya tidak sembarangan. 

Pembuatan tugas dan evaluasi tugas ini juga harus memanfaatkan sarana-sarana daring. Tantangan lain yang dialami para guru adalah dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan beragam aplikasi daring. Terkadang mereka juga harus mengajarkan cara menggunakannya kepada wali murid atau murid.

Pembuatan soal juga tidak diberikan begitu saja, perlu dimasukkan terlebih dahulu melalui media pembelajaran daring, seperti Google Classroom, Google Formulir, Kahoot, Quizizz, Schoology, atau media lain yang mudah dijangkau.

Persiapan penilaian ini jelas membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Maka dari itu, selama pandemi, jam kerja guru bisa lebih padat dari seharusnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat pemerataan upah yang layak untuk guru pun masih sulit dicapai.

Tantangan dari Sikap dan Pemahaman Para Murid

Bukan hanya dari luar, tantangan juga datang dari diri masing-masing murid. Selama pelaksanaan pembelajaran daring, guru dituntut untuk memiliki kesabaran ekstra.

Ketika guru sudah totalitas menyiapkan materi, ada beberapa murid yang tak menyimak dengan saksama. Ada pula guru yang sudah semangat mengajar, tapi para siswa sama sekali tak meresponsnya.

Hal ini terjadi karena suasana bebas di rumah membuat rasa tanggung jawab anak untuk fokus menerima pendidikan pun terkikis. Bukan hanya itu, parahnya hal ini juga berdampak pada hilangnya pemahaman mereka atau learning loss.

Baca Juga: Menko PMK Minta Penundaan Masuk Sekolah 12 Mei 2022 Tak Ganggu Proses Mengejar Learning Loss

Melansir dari laman The Glossary of Education Reform, learning loss diartikan sebagai kehilangan atau keterbatasan pengetahuan dan kemampuan secara umum ataupun spesifik atau merujuk pada progres akademis. Umumnya hal ini terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan bagi siswa. 

Akhirnya, hal ini berdampak pada menurunnya rata-rata akademik para murid. Untuk jangka panjangnya, pemerintah mungkin akan melakukan penurunan materi pendidikan untuk mengejar ketertinggalan mereka.

Mungkin menjadi guru terlihat nyaman dan menyenangkan, namun sesungguhnya mengajar dan mendidik bukan suatu perkara yang mudah. 

Simak lebih lanjut kisah perjuangan seorang guru yang mengajar tanpa lelah yang dibawakan secara monolog dalam siniar Dongeng pilihan Orangtua episode “Cepat Sembuh Pahlawanku” di Spotify. Dengarkan juga episode menarik lainnya!

(Nika Halida Hashina dan Ristiana D Putri)

Penulis : Ristiana D Putri Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU