Mobil Listrik Diklaim Lebih Hemat Biaya Perawatan, Ini Alasannya
News | 1 November 2021, 21:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Mobil listrik diyakini memiliki biaya perawatan yang lebih ramah kantong dibanding kendaraan bermesin bakar atau internal combustion engine (ICE).
Klaim tersebut dikemukakan oleh We Predict lewat data pengamatannya terhadap pemilik mobil listrik di Amerika Serikat (AS) sebagaimana dilansir dari Carscoops, Senin (1/11/2021).
We Predict mengungkapkan, ongkos servis mobil listrik selama tahun pertama kepemilikan memang bisa terbilang lebih mahal.
Namun, dalam jangka panjang, rata-rata dari biaya tersebut akan terasa lebih ringan daripada mobil ICE.
Baca Juga: Luhut: Mobil Listrik Hyundai Genesis G80 Jadi Kendaraan Resmi Delegasi KTT G20
We Predict menyebutkan, selama satu tahun pertama kepemilikan, perawatan mobil listrik bisa menghabiskan biaya sebesar USD 306 atau sekitar Rp4,3 juta.
Dalam waktu yang sama, nilai tersebut pasti akan terlihat begitu besar jika disandingkan dengan monil ICE yang biaya perawatannya hanya sekitar USD 189 atau setara Rp2,6 juta.
Akan tetapi, setelah memasuki 36 bulan masa kepemilikan, memiliki mobil listrik bakal terasa lebih nyaman karena biaya servisnya hanya mencapai USD 514 atau Rp7,3 juta.
Sementara itu, mobil dengan mesin pembakaran butuh setidaknya USD 749 atau sekitar Rp10,6 juta untuk perawatan selama jangka waktu yang sama.
"Pemeliharaan mesin listrik, dalam jangka menengah hingga jangka panjang, secara signifikan lebih murah dan tidak terlalu penuh dengan perbaikan yang besar daripada mesin ICE," ungkap Kepala Eksekutif We Predict James Davies.
Baca Juga: Jualan Mobil Listrik Saat Pandemi, Tesla Cuan Rp195 Triliun
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukannya, perusahaan data asal AS tersebut mencakup lebih dari 13 juta kendaraan dari 400 model mobil listrik.
Hasilnya, dari 65 juta pesanan servis dan perbaikan yang diterima, lebih dari USD 7,7 miliar atau setara Rp109 triliun dihabiskan untuk suku cadang.
Sedangkan, untuk jasa perbaikannya membutuhkan biaya sebesar USD 9,5 miliar atau setara Rp135 triliun.
Perhitungan tersebut juga termasuk biaya pemeliharaan, perbaikan yang tidak direncanakan, garansi dan penarikan kembali, diagnostik, pembaruan perangkat lunak, opsi yang dipasang di pabrik, dan kampanye layanan.
"Biaya rata-rata tenaga kerja pada EV (electric vehicle/kendaraan listrik) bisa dua atau tiga kali lebih tinggi daripada (mobil) ICE saat ini karena butuh waktu lebih lama untuk mencari tahu apa masalahnya, dan kemudian lebih lama untuk menyelesaikannya," kata Davies.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV