> >

Kematian Zhang Zhijie, Media China Kritik Prosedur Penanganan Medis Darurat

Badminton | 2 Juli 2024, 17:21 WIB
Dalam foto yang dirilis Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), para pemain dan ofisial mengheningkan cipta untuk pebulutangkis Tiongkok Zhang Zhi Jie yang meninggal dunia setelah pingsan saat bermain di Kejuaraan Asia Junior Minggu malam, di Stadion Amongrogo Yogyakarta, Indonesia, Senin (1/7/2024). (Sumber: PBSI melalui AP)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Media China Xinhua mengkritik prosedur penanganan medis darurat dalam kematian tragis pebulu tangkis berusia 17 tahun, Zhang Zhijie, pada ajang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Asia 2024 yang digelar di Yogyakarta, Indonesia.

Seperti diketahui, Zhang Zhijie tiba-tiba kolaps saat tengah bertanding melawan Kazuma Kawano asal Jepang, Minggu (30/6/2024).

Zhang diduga mengalami henti jantung mendadak dan dalam video yang beredar terlihat sempat kejang-kejang.

Namun saat terjatuh itu, petugas medis tidak segera melakukan tindakan. Zhang pun telat mendapatkan pertolongan pertama berupa penggunaan defibrilator eksternal otomatis dan pelaksanaan resusitasi jantung.

Broto Happy dari tim Humas dan Media Panitia Pelaksana BNI Badminton Asia Junior Championship membeberkan bahwa tim medis dan dokter turnamen segera masuk ke lapangan untuk memberikan pertolongan pertama setelah mendapatkan call (panggilan) dari referee (wasit).

Itu merupakan regulasi atau aturan sesuai dengan SOP (prosedur standar operasional) dan guidelines (panduan) yang berlaku di setiap turnamen bulu tangkis internasional dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan Badminton Asia (badan bulu tangkis Asia).

Setelah mendapatkan perawatan pertama, dokter dan medis memutuskan untuk segera membawa Zhang Zhijie ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Sesampainya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) Dr S Hardjolukito yang berjarak 4,7 km atau 10 menit perjalanan, dilakukan asesmen terhadap Zhang Zhijie dan ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada napas spontan. 

Kemudian dilakukan prosedur pertolongan medis berupa pijat jantung luar disertai alat bantu napas yang dilakukan selama tiga jam. 

Namun, Zhang Zhijie tidak menunjukkan respons sirkulasi spontan dan mulai timbul tanda kematian sekunder. Tim medis pun menyatakan korban meninggal pada pukul 20.50 WIB yang kemudian disampaikan kepada pihak ofisial tim China.

Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Pebulutangkis Zhang Zhi Jie, Dokter Sebut karena Henti Jantung Mendadak

Pada situasi tersebut, ofisial tim China meminta Zhang Zhijie ditransfer ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta, untuk kemungkinan dilakukan tata laksana lebih lanjut.

Zhang Zhijie tiba di UGD RSUP Dr Sardjito dalam kondisi tidak ada napas, tidak ada nadi, disertai dengan tanda kematian sekunder. Kemudian  dilakukan tindakan resusitasi jantung dan paru selama 1,5 jam. 

Akan tetapi, tetap tidak ada respons sirkulasi spontan sehingga tidak dilakukan tata laksana penanganan lebih lanjut. Tindakan pijat jantung luar dihentikan pada pukul 23.20 WIB dan Zhang Zhijie dinyatakan meninggal dunia.

Terkait kematian tragis Zhang Zhijie ini, Xinhua pun mengkritik prosedur administratif ini yang seharusnya disederhanakan untuk memprioritaskan keselamatan artis.

"Pedoman medis Komite Olimpiade Internasional menetapkan bahwa sumber daya, fasilitas, peralatan, dan layanan yang diperlukan harus tersedia selama acara Olimpiade. Rencana medis darurat khusus untuk setiap tempat dan cabang olahraga harus ditetapkan, termasuk protokol untuk mengevakuasi atlet yang sakit parah atau cedera," tulis Xinhua.

"Peraturan Federasi Bulu Tangkis Dunia mengharuskan wasit untuk menangani cedera atau penyakit atlet dengan hati-hati dan fleksibel, serta segera menilai tingkat keparahannya. Jika perlu, wasit harus memanggil kepala wasit untuk memutuskan apakah dokter turnamen atau personel lain perlu memasuki area pertandingan."

PBSI pun berencana membawa SOP penanganan medis atlet ini ke BWF agar tim medis bisa masuk ke lapangan tanpa harus menunggu izin dari wasit.

"PBSI akan membawa kasus ini ke BWF demi kebaikan dan keselamatan atlet di masa mendatang,” kata Broto dikutip dari Kompas.id.

Xinhua kembali menegaskan bahwa apa pun peraturan yang ada di dalam olahraga, keselamatan atlet harus menjadi prioritas yang utama.

"Prinsip utama dalam olahraga adalah mematuhi aturan, tetapi terlepas dari bagaimana aturan dirumuskan atau bagaimana wasit memimpin pertandingan, mengutamakan nyawa harus selalu menjadi aturan tertinggi di lapangan," tutup Xinhua.

Baca Juga: Atlet Bulu Tangkis China Zhang Zhi Jie Meninggal, PBSI Bakal Surati BWF

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Xinhua


TERBARU