Kisah Ibu Kehilangan Balita Usia 3,5 Tahun di Tragedi Kanjuruhan, Terpisah di Pintu Keluar Stadion
Sepak bola | 4 Oktober 2022, 12:26 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Elmiati (33 th), tidak menyangka ia harus kehilangan dua orang terkasihnya, sang suami dan anaknya yang masih balita berusia 3,5 tahun yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.
Elmiati cerita dengan suara terbata-bata, ia berpisah dengan suami dan anaknya saat keluar ke stadion, berdesak-desakan imbas gas air mata yang ditembakkan polisi.
Dia lantas mengisahkan, dirinya memang berniat bersama keluarga besarnya nonton pertandingan itu. Ia sendiri sudah tiga kali menontong langsung di stadion dan tidak terjadi apa-apa.
Maka dari itu, ia tidak menyangka terjadi kericuhan usai laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
"Sama keluarga. Sama keluarga dari suami, sama keluarga saya. Janjian di tempat dengan keluarga di Kanjuruhan. Yang meninggal dua, suami, anak saya usia 3,5 tahun," ujarnya di Progam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (3/10/2022) malam.
Elmiati tampak masih sedih dan syok mengenang peristiwa itu.
"Tiga kali (nonton).Yang ikut, suami, saya dan anak saya. Saya ikut (waktu kejadian itu)," ujarnya.
Baca Juga: Kisah Aremania Selamat, Bertahan Saat Gas Air Mata Ditembakkan Polisi ke Arah Tribun
Baca Juga: Ini Kesaksian dari Penonton yang Selamat dari Tragedi Kanjuruhan, Korban: Pintu Keluar Ditahan
Lantas ia cerita detik-detik ketika ia kehilangan dua orang yang dicintainya itu.
"Waktu itu kejadiannya udah selesai, suporter banyak ke lapangan, lalu ada tembakan gas air mata. Suami saya ajak pulang, gandeng anak, saya di belakang," ujarnya.
"Dari pintu 13 ditahan, disuruh tertib, satu-satu, sedangankan yang kena gas air mata mau turun menyelematkan diri masing-masing," ucapnya.
"Suami saya kedorong, didodorong-dorong, dari belakang. Saya tidak tahu kondisinya. Saya seandainya tidak ada yang nolong, pasti sudah (meninggal dunia)," ucapnya.
"Ada perempuan yang nolong, dikira temannya 'Ayo mbak ke tribun-tribun'. Waktu itu saya saja, suami tidak ikut. Sudah terpisah," ujarnya.
"Suami dan anak tidak tahu (kondisinya), soalnyaa kedorong-dorong. Di situ banyak sekarat tidak kuat," ujarnya.
Ia lantas cerita, dari tribun 13 ia melihat langsung polisi menembakkan gas air mata.
"Di tribun tiga belas, saya lihat gas air mata dan tembakan. Langsung ditembakkan ke arah tribun. Posisi hujan, asapnya ke mana-mana," ucapnya.
Kini, ia hanya pasrah dan mendoakan untuk dua orang yang dicintainya tersebut.
Baca Juga: Jerit Aremania ke TGIPF: Keadilan untuk Korban, Ada Ibu-Ibu dan Anak-Anak Tak Bersalah
Baca Juga: Komnas HAM Ungkap Ternyata Hanya Ada 2 Pintu yang Terbuka Saat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Sebelumnya seperti diberitakan, Komnas HAM mengungkapkan hasil penyelidikan awal terkait kasus tewasnya ratusan suporter Aremania selepas laga antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam menjelaskan pihaknya langsung menerjunkan tim untuk melakukan investigasi terkait Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam itu.
Tim yang diterjunkan itu, kata Anam, telah mengumpulkan sejumlah keterangan dari berbagai pihak yang mengetahui kondisi tersebut.
Itu mulai dari suporter Arema, keluarga korban, pihak rumah sakit yang menangani korban Tragedi Kanjuruhan, hingga pemain dari klub yang berlaga.
Dalam penyelidikan awal tersebut, kata Anam, Komnas HAM menemukan fakta, ternyata hanya ada dua pintu keluar yang terbuka ketika kerusuhan terjadi usai laga Arema melawan Persebaya.
Padahal, kata dia, Stadion Kanjuruhan yang berkapasitas 42 ribu penonton itu memiliki 14 pintu keluar. Namun, 12 pintu sisanya saat kejadian dalam kondisi terkunci.
"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," kata Anam di Malang, Jawa Timur, Senin (2/10/2022),
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV