> >

Kisah Aremania Selamat, Bertahan Saat Gas Air Mata Ditembakkan Polisi ke Arah Tribun

Sepak bola | 4 Oktober 2022, 10:47 WIB
Ilustrasi. Polisi dan tentara berdiri di tengah kabut gas air mata dalam pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Kekacauan dalam pertandingan ini menewaskan 125 orang. (Sumber: Yudha Prabowo/Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Rangga Febriansyah Putra, seorang Aremania, julukan fans Arema FC, yang selamat dari tragedi Kanjuruhan mengisahkan kengerian malam kericuhan usai laga Arema vs Persebaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam. 

Rangga cerita, waktu itu ia tidak menduga akan terjadi kericuhan yang mengakibatkan ratusan rekannya sesama Aremania jadi korban.

Waktu kejadian itu, posisi duduknya juga relatif di tengah-tengah, yakni di antara tribun yang dekat dengan VIP.

Dari posisi itu pula, ia bisa melihat dengan jelas peristiwa mengerikan yang masih membekas dalam ingatannya, saat kericuhan terjadi. Saat suporter turun ke lapangan dan sejumlah polisi bereaksi. 

Ia melihat dengan jelas, gas air mata ditembakkan oleh sejumlah polisi ke arah tribun, khususnya di sisi tribun 12,13 dan 13. 

 

Meskipun posisinya relatif aman dari terkena tembakan secara langsung, tapi gas air mata itu efeknya juga sampai kepada dirinya hingga sangat kepanasan. 

“Waktu itu, saya di sisi tribun dekat VIP. Saya di tengah-tengah, bisa lihat sisi-kanan kiri. Sisinya tribun itu ada 11,12-13. Di tempat itu sampai akhir, saya melihat kejadian itu," ujarnya dalam Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV (Selasa (4/10/2022).

Baca Juga: Kata Pelatih Arema soal Tragedi Kanjuruhan: Saya Hancur Secara Mental, Andai Kami Menang

Baca Juga: 20 Tahun Sepak Bola Indonesia Dijaga Polisi/TNI Bersenjata, FIFA Harusnya Tegur Dari Dulu 

Ia lantas cerita, ketika ada ledakan dan gas air mata itu, ia tidak lantas langsung keluar stadion layaknya para suporter lain. 

"Saya pas tidak langsung keluar stadion. Saya masih di atas (bertahan di dalam stadion) saat peristiwa itu," ujarnya. 

Rangga cerita, kepanikan efek dari gas air mata terjadi di mana-mana. Ia melihatnnya jelas. 

Ia juga membayangkan bagaimana suasna di tribun yang terkena tembakan, pasti lebih sakit lagi. Lebih panas lagi.   

“Saya waktu itu, setelah tembakan gas air mata, terasa panas. Bisa dibayangkan di (tribun) 11,12,13. Saya yang tidak kena langsung saja terasa panas," ucapnya. 

Ia juga tidak tahu kalau pintu stadion ditutup hingga timbulkan para suporter berdesakan. Rangga cerita, ia tidak melihat secara persis pintu lantaran dirinya pilih bertahan untuk tidak keluar. “

"Saya belum tahu persis kalau kemarin. Tapi setelah pertandingan, 10 atau 15 menit biasanya pintu sudah terbuka (Saat pertandingan Arema lainnya di Kanjuruhan),” ujarnya. 

Diberitakan sebelumnya kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan usai berakhirnya laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10).

Akibatnya ratusan orang dilaporkan menjadi korban.

Data terbaru insiden ini mengungkapkan sebanyak 125 orang meninggal dunia. Sementara korban luka berat 21 orang dan luka ringan 304 orang. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU