Sejarah Arema, Klub Besar yang Dihantam Dualisme
Sepak bola | 3 Oktober 2022, 07:22 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Arema merupakan nama besar dalam dunia sepakbola Indonesia. Saat ini diketahui terdapat dua klub yang memakai nama Arema, yakni Arema FC dan Arema Indonesia. Bagaimana sejarahnya?
Dihimpun dari berbagai sumber, nama Arema diketahui telah ada sejak zaman kerajaan. Arema pertama kali tercatat dalam Kidung Harsawijaya, berkisah tentang Patih Kebo Arema, ketika Singosari diperintah Raja Kertanegara.
Prestasi Kebo Arema mentereng, ia meredam pemberontakan Kelana Bhayangkara. Sebagaimana tertuang dalam Kidung Panji Wijayakrama, disebutkan saat itu seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat.
Namun, kini nama Arema lebih identik dengan akronim Arek Malang. KBBI menjelaskan bahwa arek berarti orang yang berasal atau dilahirkan di suatu daerah. Singkat kata, Arek Malang dapat diartikan sebagai orang-orang dari daerah Malang.
Pendirian klub
Arema pertama kali dibentuk oleh Derek dengan nama Armada 86, gabungan dari Armada dan Arema. Beberapa bulan kemudian, nama Armada 86 berubah menjadi Arema 86.
Sayangnya, upaya Derek mempertahankan Arema`86 di kompetisi Galatama saat itu mendapat berbagai hambatan, termasuk kesulitan dana.
Di sinilah, Mantan Gubernur Irian Jaya ke-3, sekaligus eks pengurus PSSI periode 80-an, Acub Zaenal, berandil besar bagi nafas panjang Arema sebagai klub sepakbola.
Usai diambil alih oleh Zaenal, nama Arema 86 diubah menjadi PS. Arema Malang, lalu ditetapkan sebagai salah klub peserta Galatama.
PS. Arema Malang resmi berdiri pada 11 Agustus 1987, sesuai akta notaris Pramu Haryono SH No 58. Bulan kelahiran klub yang sesuai dengan zodiak Leo, membuat klub mendapat julukan Singo atau singa.
Perjalanan Arema hingga terjadi dualisme
Sejak dibentuk pada 1987, Arema telah mengikuti berbagai kompetisi sepakbola strata tertinggi di Indonesia, mulai dari Galatama, Liga Indonesia, Indonesia Super League (ISL) hingga Liga 1.
Beberapa gelar yang pernah diraih Arema adalah juara Galatama musim 1992-93, juara ISL musim 2009-10, juara Piala Galatama 1992, dan juara Piala Indonesia 2005 serta 2006.
Duduk perkara dualisme klub terjadi pada 2011 ketika Indonesia memiliki dua kompetisi bola papan atas, yakni Indonesia Premier League (IPL) dan ISL.
Saat itu, ketua Yayasan Arema Indonesia, Muhammad Nur, bersama Acub Zaenal, mendaftarkan Arema Indonesia untuk bermain di IPL, kompetisi yang dianggap resmi.
Hanya saja, pada musim kedua, PSSI memutuskan IPL sebagai kompetisi ilegal, karena adanya konflik internal.
Di sisi lain, kubu Rendra Kresna (sekretaris Yayasan Arema), ternyata tidak setuju dengan keinginan ketua Yayasan Arema yang mendaftarkan Arema ke kompetisi IPL. Padahal, ketika itu Rendra diketahui sudah mengundurkan diri dari yayasan.
Kubu Rendra Kresna beralasan, saat saham Arema dilepas oleh pemilik Arema terdahulu, PT Bentoel, pihak Rendra lah yang mendapat amanat dan berhak atas arah tujuan Arema.
Dua kubu itu lantas sama-sama membentuk klub bernama Arema, lalu mengikuti dua kompetisi berbeda.
PT Arema Indonesia pimpinan M. Nur, mendapat suntikan dana dari konsorsium Ancora dan mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia (IPL) dengan nama Arema Indonesia.
Di sisi lain, Arema versi Rendra berkompetisi Liga Super Indonesia menggunakan nama Arema Cronus.
Baca Juga: Hari Ini Mahfud MD akan Gelar Rapat Koordinasi terkait Penanganan Tragedi Kanjuruhan
Seiring meredupnya konflik internal di tubuh PSSI, kompetisi ISL akhirnya diakui sebagai satu-satunya kancah tertinggi dalam strata sepakbola Indonesia.
Arema telanjur terbagi menjadi dua klub.
Kendati demikian, PSSI mengabulkan dua kubu mereka untuk tetap bisa berkompetisi.
Arema Indonesia, sebagai klub yang terhukum karena mengikuti Liga ilegal (LPI), akhirnya wajib mengulang kompetisi dari level Liga Nusantara. Hal itu didasarkan pada hasil kongres PSSI di Bandung pada 2017.
Saat ini Arema Indonesia, yang kerap disebut sebagai Arema asli, sudah naik strata dengan berkompetisi di Liga 3.
Sementara Arema Cronus yang berkompetisi di ISL, berganti nama menjadi Arema FC dan tetap mengikuti kompetisi teratas, kini disebut Liga 1.
Terkini, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menegaskan bahwa pihaknya telah mengambil langkah untuk melarang Arema bermain hingga akhir musim ini buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC dan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022).
"Sudah dipastikan Arema tidak diperbolehkan bermain selama musim ini berlangsung," kata Iriawan dalam konferensi pers di Stadion Kanjuruhan yang tayang di Breaking News KOMPAS TV, Minggu (2/10/2022) malam.
Baca Juga: Gas Air Mata dan Air Mata yang Berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Berbagai Sumber