> >

Kenapa Timnas Curacao Dihuni Banyak Pemain Kelahiran Belanda?

Sepak bola | 22 September 2022, 19:33 WIB
Skuad Timnas Curacao saat tiba di Indonesia, Rabu (21/9/2022). (Sumber: Instagram @curacao_united)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Timnas Curacao akan menghadapi Indonesia di pertandingan FIFA Match Day bulan ini. 

Tak hanya sekali, negara yang berada di perairan Laut Karibia itu akan ditantang skuad racikan Shin Tae-yong dua kali yakni pada Sabtu (24/9/2022) dan Selasa (27/9) pekan depan. 

Pelatih Timnas Curacao Remko Bicentini pun membawa skuad terbaiknya dengan sejumlah pemain yang merumput di Eropa. 

Mayoritas pemain Timnas Curacao saat ini merupakan pemain yang lahir dan berkembang melalui pembinaan sepak bola di Belanda. 

Tercatat pemain seperti Cuco Martina, Leandro Bacuna dan Juninho Bacuna adalah pemain yang berasal dari sistem sepak bola Belanda. 

Lantas kenapa Timnas Curacao punya banyak pemain kelahiran Belanda? 

Baca Juga: Timnas Indonesia vs Curacao, Berikut 5 Pemain yang Harus Diwaspadai Skuad Garuda

Sejarah Sepak Bola Curacao

Seperti yang diketahui, Curacao adalah salah satu negara yang termasuk dalam Kerajaan Belanda selain Aruba dan Sint Maarten sejak tahun 1950an.

Tapi jauh sebelum itu, dilansir dari thesefootballtimes, pada 1924 di bawah Curacase Voetbal Bond (Asosiasi Sepak Bola Curacao), Curacao telah tampil di kancah sepak bola internasional dengan nama Territory of Curacao. 

Kemudian tahun 1946, Curacao bersatu dengan lima pulau Karibia Belanda lainnya untuk membentuk tim sepak bola yang disebut Antillen Belanda, meskipun Antillen Raya sebagai negara di bawah Kerajaan Belanda belum secara resmi terbentuk sampai tahun 1954. 

Curacao bergabung dengan Aruba, Bonaire, Saba, Sint Eustatius dan Sint Maartin untuk membentuk tim Antillen Raya.

Antillen Raya sempat meraih sejumlah prestasi di antaranya tampil di Olimpiade Musim Panas 1952 yang diselenggarakan di Finlandia. 

Prestasi lain dari tim gabungan enam pulau itu termasuk finis ketiga pada tahun 1963 dan 1969 di Kejuaraan CONCACAF, yang sekarang telah berubah nama menjadi Gold Cup. 

Secara total, Antillen Raya telah memainkan 191 pertandingan dengan rekor 52 menang, 50 seri, dan 89 kalah.

Pada 2010, Antillen Besar dibubarkan dan pulau-pulau anggota menetapkan diri mereka sebagai dua entitas yang berbeda di bawah mahkota Kerajaan Belanda. 

Baca Juga: Momen latihan Timnas Indonesia Jelang FIFA Matchday Melawan Curacao

Curacao, bersama dengan Aruba dan Sint Maartin, menjadi negara konstituen, sedangkan pulau Bonaire, Sint Eustatius dan Saba menjadi Munisipalitas Khusus. 

Dengan begitu, tiap negara tersebut memilih untuk membentuk tim nasional sepak bola mereka sendiri dan tidak lagi bermain di bawah bendera Antillen Raya. 

Pada tahun 2011 kemudian dibentuklah Federasi Sepak Bola Curacao (CFF) yang menjadi salah satu asosiasi sepak bola termuda di dunia. 

Namun sayangnya, selama 2011-2014, Curacao tak bisa berbuat banyak di sepak bola internasional dengan hanya mencatatkan 6 kemenangan, 6 imbang dan 20 kekalahan. 

 

Kebangkitan Sepak Bola Curacao

Angin segar berhembus ke sepak bola Curacao pada 2015 saat mantan pemain Timnas Belanda, Patrick Kluivert, memutuskan untuk melatih Timnas Curacao. 

Tak tanggung-tanggung, Kluivert yang mempunyai ibu berasal dari Curacao itu menargetkan timnya bisa lolo ke Piala Dunia 2018.

Baca Juga: Indonesia vs Curacao, Iwan Bule: Mudah-mudahan Mereka Melakukan yang Terbaik

Demi mencapai target itu, dengan kebintangannya sebagai pesepak bola, Kluivert mengajak pemain keturunan Curacao yang mayoritas berada di Belanda untuk bermain bersamanya. 

Nama pemain seperti Eloy Room dari Vitesse Arnhem dan Leandro Bacuna dari Aston Villa pun mau untuk membela Curacao meski di usia muda keduanya sempat membela tim junior Belanda. 

Kluivert pun secara langsung bisa mengangkat prestasi sepak bola Curacao melalui filosofi totaalvoetbal dengan memenangkan enam pertandingan, tiga imbang dan hanya kalah tiga kali antara Maret 2015 dan Juni 2016.

Akan tetapi, waktu Kluivert di Curacao hanya berlangsung pendek setelah dia memutuskan melatih tim Ajax Amsterdam U19. 

Posisi Kluivert sebagai pelatih kemudian digantikan oleh asisten manajernya, Remko Bicentini, yang hingga saat ini masih menjadi pelatih Timnas Curacao. 

Sejak saat itu, skuad Timnas Curacao terus diisi para pemain berdarah Curacao yang banyak lahir di Belanda. 

Prestasi Curacao pun juga konsisten meningkat di mana mereka saat ini berada di peringkat FIFA nomor 84, di mana sebelumnya sempat menempati posisi 184.

Dengan fakta tersebut, Timnas Indonesia tentu tidak akan bisa dengan mudah meraih kemenangan saat menghadapi Curacao. 

Jika ingin memenangkan laga, Marc Klok dan kawan-kawan pun harus tampil demi mengantisipasi gaya sepak bola khas Belanda yang bakal ditampilkan oleh Timnas Curacao.  

Baca Juga: Timnas Indonesia vs Curacao, Ketum PSSI: Mereka Bukan Lawan Sembarangan!

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, thesefootballtimes


TERBARU