Kilas Balik Piala Dunia: Kala Sportivitas Korea Selatan Membuat Pemain Turki Meneteskan Air Mata
Kompas sport | 2 September 2022, 06:20 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Piala Dunia merupakan turnamen yang sangat diimpikan oleh pesepak bola di seluruh dunia. Maka tidak heran, di setiap pertandingannya, selalu ada momen menarik yang tersaji.
Salah satu kejadian yang patut diingat adalah ketika penyelenggaraan Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.
Pada Piala Dunia edisi tersebut, Taeguk Warriors - julukan Timnas Korea Selatan - berhasil membuat kejutan dengan melaju ke semifinal.
Namun, tim yang saat itu dilatih oleh Guus Hiddink belum mampu melaju ke partai puncak usai dikalahkan Jerman dengan skor 1-0.
Dengan kekalahan itu, Korea Selatan pun harus puas menjalani pertandingan perebutan juara ketiga melawan Turki, yang juga gagal ke final setelah kalah dari Brasil juga dengan skor 1-0.
Pertandingan Turki vs Korea Selatan di Piala Dunia 2002 lantas dikenal sebagai salah satu pertandingan paling sportif dalam sejarah sepak bola.
Tak hanya dari pemain, suporter kedua tim pun menunjukkan gestur kebersamaan dan kesatuan yang luar biasa.
Sebelum sebelum kick-off, suporter Korea Selatan membentangkan bendera Turki besar dan spanduk yang menyatakan, "Kami adalah teman!"
Baca Juga: Mengenang Ferenc Puskas: Bela 2 Timnas Berbeda di 2 Edisi Piala Dunia
Para suporter Korea itu lalu membuktikan kata dari spanduk yang mereka bawa dengan ikut yang bersorak saat nama-nama pemain lawan serta nama pemain mereka sendiri saat susunan tim dibacakan di Stadion Piala Dunia Daegu.
Pelatih Turki saat itu, Senol Gunes, memuji suasana yang ada di stadion "benar-benar fantastis" dengan sportivitas yang ditampilkan, dan atmosfer yang dihasilkan oleh 63.000 penonton.
Pertandingan perebutan tempat ketiga di Piala Dunia 2002 itu sendiri kemudian dimenangkan oleh Turki dengan skor 3-2 atas Korea Selatan.
Hakan Sukur menjadi bintang dengan satu gol dan dua assist yang dia cetak untuk membawa negaranya meraih prestasi terbaik selama keikutsertaan di Piala Dunia.
"Tim saya memberi rakyat Turki harapan dan kebahagiaan," kata Gunes dengan bangga.
Sementara itu, meski kalah dari Turki, Korea Selatan tetap mendapat apresiasi dari pendukung mereka.
Hal tersebut membuat Hiddink merasa tidak terlalu kecewa meski sebenarnya, pelatih asal Belanda itu sangat ingin memenangkan pertandingan.
“Saya ingin mendapatkan tempat ketiga – sangat ingin," kata dia.
Baca Juga: Lev Yashin, Gagal di Piala Dunia, Jadi Kiper Terbaik Sepanjang Masa, Meninggal dengan Satu Kaki
"Tetapi ketika saya melihat dan mendengar publik bereaksi terhadap tim dan apa yang mereka lakukan di babak kedua, saya bisa sangat bangga secara umum dengan orang-orang ini.”
Selepas pertandingan, suasana persahabatan semakin akrab terasa. Sukur dan rekan setimnya Fatih Akyel juga membentangkan bendera Korea Selatan sebagai bentuk apresiasi.
Apa yang terjadi di Daegu tersebut kemudian mendapatkan pujian dari salah satu surat kabar Turki, Milliyet.
"Teman-teman Korea kami memberikan pelajaran yang sempurna dalam permainan yang adil,” tulis Milliyet.
“Gambaran persahabatan itu luar biasa. Anda bisa melihat bendera besar Turki dan Korea Selatan berkibar bersama."
"Gerakan bagus dari tim Turki atau tim Korea patut diapresiasi. Suasana persahabatan berlanjut bahkan setelah pertandingan."
"Pemain kedua tim memberi hormat kepada penonton sambil bergandengan tangan. Persahabatan seperti itu membuat para pemain kami berlinang air mata," tutup Milliyet.
Di luar itu, momen tersebut kembali membuktikan kekuatan sepakbola yang tak tertandingi, terutama di Piala Dunia, yang bisa menginspirasi dan menyatukan segalanya.
Baca Juga: Piala Dunia 2022 di Depan Mata, Simak Megahnya 8 Stadion Qatar yang Jadi Venue Pertandingan
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : FIFA.com