Imbas Invasi Rusia ke Ukraina, Man United Terancam Kehilangan Sponsor
Kompas sport | 25 Februari 2022, 18:44 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Imbas dari invasi Rusia ke Ukraina, Manchester United terancam kehilangan sponsor dari maskapai Negeri Beruang Merah, Aeroflot.
Manchester United dikabarkan akan membatalkan kesepakatan kesponsoran dengan maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot.
Setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa Aeroflot dilarang beroperasi di Inggris sebagai bagian dari sanksi baru terhadap Rusia.
Seperti yang diketahui, pasukan Rusia telah melancarkan serangan ke Ukraina setelah berbulan-bulan membangun kekuatan militer di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina.
Dilaporkan Al-Jazeera, ledakan terdengar pada Rabu pagi (23/02/2022) waktu setempat di dekat ibu kota Ukraina, Kiev.
Berdasarkan penuturan Presiden Ukraina, Vladimir Zelenskyy, Rusia telah melakukan serangan terhadap infrastruktur militer dan perbatasan di wilayah Donbas.
Dikutip dari Express, akibat eskalasi invasi Rusia ke Ukraina yang terus meningkat, Manchester United telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang meninjau ulang kesepakatan dengan Aeroflot.
Manchester United telah bermitra dengan maskapai Aeroflot sejak 2013.
Baca Juga: Diego Simeone: Manchester United Salah Satu Tim Terbaik di Dunia
Berkat kesepakatan kesponsoran antara Manchester United dengan Aeroflot, maskapai asal Rusia tersebut menjadi moda transportasi Setan Merah ketika melakukan perjalanan untuk pertandingan tandang.
Namun, saat bertandang ke Atletico Madrid, Setan Merah tidak menunggangi pesawat Aeroflot.
Itu sebagai akibat dari sanksi ekonomi yang dikenakan pada Rusia oleh pemerintah Inggris.
Saat ini, kesepakatan kesponsoran antara Aeroflot dengan Manchester United akan berakhir pada musim panas 2023.
Dengan CEO baru Manchester United Richard Arnold mengisyaratkan niatnya untuk tidak memperbarui kesepakatan.
Justru sebaliknya, Man United berniat mengakhiri kerja sama dengan Aeroflot 18 bulan lebih awal dari yang dijadwalkan.
Dalam sejarahnya, Aeroflot didirikan pada tahun 1923 dan dimiliki oleh pemerintah Rusia dengan saham mencapai 51 persen.
Dengan pendapatan sebesar 5,8 triliun pounds atau sekitar Rp96 trilun pada tahun 2019, perusahaan ini memiliki posisi besar di industri penerbangan.
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina, Eks Petinju Kelas Berat, Klitschko Bersaudara Siap Bertarung Lagi
Penulis : Kiki Luqman Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV