5 Fakta Menarik Indonesia Bantai China di Final Thomas Cup 2020
Kompas sport | 18 Oktober 2021, 12:16 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Tim bulu tangkis Indonesia keluar sebagai juara Thomas Cup 2020 usai membantai China, 3-0 pada partai final yang berlangsung di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Minggu (17/10/2021).
Dalam perjalanan menuju juara, Timnas Indonesia harus melalui jalan terjal lebih dulu.
Tergabung di Grup A, Indonesia satu grup dengan Aljazair, Thailand, dan Taiwan, Skuat Merah Putih menyapu bersih kemenangan, 5-0 atas Aljazair pada laga perdana.
Indonesia lalu mengalahkan Thailand, 3-2. Indonesia memastikan diri sebagai juara Grup A dan lolos ke perempat final setelah menaklukkan Taiwan, 3-2.
Pada perempat final, Indonesia melibas Malaysia, 3-0.
Selanjutnya, Indonesia menghentikan harapan Denmark mengangkat trofi Thomas Cup di hadapan pendukung sendiri dengan angka 3-1 untuk meraih tiket final.
Momen ini lalu dilanjutkan saat menghadapi China yang pada Thomas Cup 2020 diisi oleh pemain muda. Selama penyelenggaraan Thomas Cup ada beberapa fakta menarik.
Berikut fakta menarik yang terjadi pada final Thomas Cup 2020 dilansir dari BolaSport, Senin (18/10):
1. Kemenangan kelima atas China
Kemenangan ini juga memperbaiki rekor Indonesia dan China pada Thomas Cup menjadi 5-7, masih untuk keunggulan Negeri Tirai Bambu.
Indonesia mengalahkan China pertama kali pada Thomas Cup 1984, dengan skor 3-2.
Baca Juga: Meski Tanpa Bendera Merah Putih, Politikus dan Pejabat Beri Selamat Tim Thomas Cup
Sepuluh tahun kemudian, Indonesia memenangi laga atas China pada Thomas Cup 1994 dengan menang. 5-0 pada fase penyisihan grup.
Indonesia kembali bertemu Negeri Tirai Bambu pada penyisihan Thomas Cup 1996. Saat itu, Indonesia menang, 3-2.
Indonesia mencatat kemenangan atas China pada final Thomas Cup 2000, dengan skor 3-0. Hal ini kembali terjadi pada Thomas Cup 2020 setelah Indonesia unggul 3-0.
2. Penantian selama 19 tahun
Bagi Indonesia, ini merupakan gelar Thomas Cup ke-14 setelah meraihnya pada 1958, 1961, 1964, 1970,1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, serta 2002.
Terakhir kali Indonesia melaju ke final pada Thomas Cup 2016. Namun, skuad Merah Putih harus mengakui keunggulan Denmark, 2-3.
Indonesia terakhir kali meraih trofi Thomas Cup pada 2002 saat turnamen ini digelar di Guangzhou, China atau 19 tahun lalu.
Indonesia juga memupus China mengawinkan gelar setelah sehari sebelumnya China merebut Uber Cup seusai mengalahkan Jepang, 3-1.
3. Jonatan jadi penentu kemenangan Indonesia
Pebulu tangkis tunggal putra, Jonatan Christie menjadi penentu kemenangan Indonesia atas China.
Jonatan yang tampil pada partai ketiga memenangi laga atas Li Shi Feng, 21-14, 18-21, 21-14.
Jonatan yang dominan pada gim pertama, sempat menurun performanya pada gim kedua. Namun, dia mampu kembali membalikkan keadaan dan mengejar ketinggalan pada gim penentuan.
Kemenangan Jonatan membuat partai keempat dan kelima tidak dimainkan sehingga pasangan kombinasi baru, Daniel Marthin/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan tunggal putra Shesar Hiren Rhustavito "menganggur" alias tidak bertanding.
Selama penyelenggaraan Thomas Cup 2020, Jonatan berkontribusi menyumbang lima poin. Dia hanya sekali kalah saat Indonesia berhadapan dengan Thailand.
Jonatan sebelumya juga menjadi penentu kemenangan Indonesia saat menghadapi Malaysia pada perempat final.
4. Partisipasi Hendra Setiawan kedelapan
Pebulu tangkis ganda putra, Hendra Setiawan menjadi atlet paling senior dalam tim Thomas Cup Indonesia.
Bagi Hendra yang menjadi kapten tim, ini merupakan partisipasinya kedelapan pada Thomas Cup sejak 1998.
Sejak menjadi anggota Thomas Cup Hendra sudah dua kali mencicipi gelar juara Thomas Cup pada 2000 dan 2021.
Selama keikutsertaannya, Hendra Setiawan tercatat mengantar Indonesia dua kali menjadi juara, dua kali runner-up, dan empat kali meraih medali perunggu Thomas Cup.
5. Bendera Merah Putih Tidak Dikibarkan
Saat tim Thomas Cup Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya, tim bulu tangkis Tanah Air tidak melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih di atas podium.
Bendera yang dikibarkan adalah bendera Persatuan Pusat Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) selaku federasi.
Hal ini terjadi sebagai imbas dari sanksi WADA (Badan Anti-Doping Dunia) terkait masalah ketidakpatuhan.
Indonesia dinyatakan WADA tidak mematuhi Kode Anti-Doping Dunia.
Sebelumnya, Menteri Pemudan dan Olahraga Indonesia, Zainudin Amali menyatakan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan LIDI (Lembaga Anti-Doping Indonesia) mengalami keterbatasan menyerahkan sampel yang harus diuji dan dikirimkan ke WADA.
LIDI dinilai tidak patuh oleh WADA pada Kamis (7/10/2021) lalu. Selain Indonesia, WADA juga menemukan ketidakpatuhan Korea Utara dan Thailand.
Baca Juga: Thomas Cup Kembali Diraih setelah 19 Tahun, Puan: Ini Kebangkitan Bulu Tangkis Indonesia
Penulis : Kiki Luqman Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV