Manchester United dan Chelsea Hukum Fans yang Lakukan Ujaran Kebencian di Media Sosial
Kompas sport | 30 April 2021, 23:18 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Manchester United dan Chelsea memberi hukuman kepada fans yang melakukan ujaran kebencian melalui media sosial.
Dilansir dari BBC, Manchester United telah menghukumbenam penggemar karena mengirimkan pelecehan rasis kepada pemain depan Tottenham Son Heung-min sementara Chelsea telah melarang seorang penggemar selama 10 tahun karena memposting pesan anti-semit secara online.
Son dikirimi pelecehan "menjijikkan" setelah Manchester United menang 3-1 atas Tottenham Hotspur pada 11 April 2021 lalu.
Manchester United mengatakan tiga pemegang tiket musiman, dua anggota resmi, dan satu orang dalam daftar tunggu tiket musiman telah diberi penangguhan.
Sedangkan Chelsea menghukum penggemar bernama Sam Mole setelah hasil dari proses pengadilan yang dilakulan keluar.
Baca Juga: Son Heung-Min Jadi Sasaran Rasisme di Media Sosial, Tottenham Hotspur Lapor ke Premier League
Seorang hakim memutuskan awal tahun ini bahwa Mole tidak dapat didakwa atas pelanggaran ras atau agama karena berada di luar yurisdiksi Inggris.
Mole melakukan pelecehan anti-Semit terhadap seorang jurnalis Yahudi bernama Dan Levene -jurnalis lepas Chelsea melalui media sosial pada 2019 lalu saat berada di luar Inggris.
Meski lolos dari hukuman pengadilan, Chelsea memutusakaj untuk menghukum Mole selama 10 tahun.
"Semua orang di Chelsea bangga menjadi bagian dari klub yang beragam. Pemain, staf, penggemar, dan pengunjung klub kami berasal dari berbagai latar belakang, termasuk komunitas Yahudi, dan kami ingin memastikan semua orang merasa aman, dihargai, dan dilibatkan."
Baca Juga: Tentang Rasisme, Thierry Henry Tutup Akun Sosmed
"Dalam olahraga, seperti halnya dalam masyarakat luas, kita harus menciptakan lingkungan media sosial di mana tindakan kebencian dan diskriminatif tidak dapat diterima secara online seperti halnya di jalanan."
"Sebagai klub, kami akan terus mengambil tindakan terhadap individu atau kelompok yang memproduksi atau menyebarkan postingan media sosial yang bertentangan dengan nilai-nilai ini," pungkas Chelsea dalam pernyataannya.
Sementara itu, Levene mengaku senang dengan hukuman yang diberikan Chelsea kepada Sam Mole.
"Saya senang dengan hasil ini. Ini mengirimkan pesan yang sangat kuat bahwa perilaku kasar dan anti-Semit secara online tidak dapat diterima," kata Levene dikutip dari BBC.
"Saya berharap kasus ini mengarah pada proses yang lebih baik di Chelsea dan klub lain sehingga tidak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan yang tepat di masa depan, tetapi ini adalah hari yang baik untuk memerangi rasisme dalam sepak bola."
Baca Juga: Rashford yang “Dewasa” Ketika Jadi Korban Rasisme
Putusan hukuman yang dikeluarkan Manchester United dan Chelsea ini bertepatan dengan aksi sepak bola dan olahraga lainnya bersiap untuk menggelar boikot media sosial akhir pekan ini sebagai tanggapan atas maraknya postingan media sosial yang penuh kebencian yang ditujukan kepada para pemain dan ofisial.
Kampanye tersebut menyerukan Pemerintah Inggris dan perusahaan media sosial untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi kebencian online.
Pada hari Jumat, Manchester United mengungkapkan analisisnya sendiri telah menemukan peningkatan 350% dalam pelecehan yang ditujukan kepada para pemain klub, dengan 3.300 postingan menargetkan pemain selama periode September 2019 hingga Februari 2021.
Ditemukan 86% dari postingan tersebut rasis, sementara 8% homofobik atau transfobik.
Baca Juga: Rasisme Tidak Mandek, Kolektif Sepakbola Inggris Minta Tanggung Jawab Facebook dan Twitter
Richard Arnold, direktur pelaksana grup Manchester bUnited, mengatakan: "Kami telah aktif berkampanye melawan diskriminasi selama beberapa waktu melalui inisiatif All Red All Equal kami."
"Tingkat dukungan yang kami terima untuk pekerjaan ini dari para penggemar kami sangat membesarkan hati, tetapi angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun demikian, tingkat pelecehan yang diterima para pemain dan penggemar kami terus meningkat."
“Harus dikatakan bahwa meski angka-angka ini mengejutkan, mereka hanya mewakili 0,01% percakapan yang terjadi di media sosial tentang klub dan para pemain."
"Dengan mengambil bagian dalam boikot akhir pekan ini, kami, bersama dengan sepak bola Inggris lainnya, ingin menyoroti masalah ini," pungkasnya.
Penulis : Rizky-L-Pratama
Sumber : Kompas TV