Kisah Tragis Eks Bintang PSG Jean Pierre Adams, Alami Koma 39 Tahun karena Kegagalan Operasi Lutut
Kompas sport | 16 April 2021, 06:00 WIBSOLO, KOMPAS.TV - Bermaksud menjalani operasi lutut untuk menyembuhkan cedera, nasib tragis malah dialami mantan bintang Paris Saint-Germain (PSG), Jean Pierre Adams.
Operasi lutut yang dilakukan tersebut merupakan operasi rutin biasa namun malah membuatnya jatuh lemah tak berdaya.
Dosis anestesi yang diberikan oleh ahli sebagai prosedur menjalani operasi, justru membuat mantan pemain timnas Prancis itu koma.
Hingga 39 tahun berselang, sang defender masih dalam kondisi vegetatif yang panjang. Sang istri, Bernadette masih setia menunggu dan menemani Adams hingga sekarang.
Adams lahir di Dakar, Senegal pada tahun 1948 dan pindah ke Prancis pada usia 10 tahun.
Pada tahun 1970, Adams memulai karir sepak bola profesionalnya bersama Nimes.
Sebelum menjadi pesepak bola profesional, ia hanya bekerja di pabrik karet dan bermain sepak bola di kompetisi amatir sebelum pemandu bakat menemukan potensi Adams.
Baca Juga: Kisah Jawahir Roble, Wasit Wanita Muslim Pertama di Inggris
Dalam beberapa musim, Adams berhasil menjadi pemain utama di Gard dan membantu timnya bersaing di perburuan gelar liga.
Di musim 1972-73, Nimes mampu finis kedua di Divisi Pertama dan mencapai semifinal Piala Prancis - yang merupakan era emas bagi klub.
Adams, yang mempunyai julukan 'The Black Rock', mendapatkan panggilan pertama Timnas Prancis pada tahun 1972.
Setahun setelahnya, ia dilego ke OGC Nice menjelang musim 1973-74. Pemain spesialis tengah itu menghabiskan empat tahun di Cote d'Azur dan mencatatkan 144 pertandingan untuk tim.
Selama karirnya di Timnas Prancis, Adams mempunyai 22 caps untuk Les Bleus.
Dia merupakan pasangan legenda Prancis Marius Tresor antara tahun 1972-76.
Manajer Prancis pada saat itu Stefan Kovacs menjuluki duo pemain itu 'The Black Guard', setelah penampilan mengesankan mereka yang mampu membungkam tim kuat Polandia.
Baca Juga: Emmanuel Macron Labeli Islam Teroris, Paul Pogba Berhenti Bela Timnas Prancis?
Namun, terlepas dari kehebatan pertahanan mereka, tim Prancis gagal mencetak prestasi.
Tahun itu adalah periode kekecewaan bagi tim nasional, yang gagal lolos ke Kejuaraan Eropa pada tahun 1976.
Tahun itu adalah penampilan terakhir Adams untuk negaranya saat turun di laga persahabatan melawan Denmark.
Pada usia 29 tahun, Adams menandatangani kontrak besar terakhirnya dalam sepak bola bersama PSG.
Dalam dua tahun berseragam tim ibu kota Prancis, ia tampil sebanyak 42 kali, mencetak dua gol, dan mengukuhkan namanya sebagai salah satu pemain terpenting dalam sejarah awal berdirinya klub.
Pujian tentang kemampuan Adams datang dari rekan satu tim internasional, termasuk gelandang ikonik Prancis Henri Michel.
Melansir dari The Sun, Michel menggambarkan Adams sebagai 'kekuatan alam, sangat kuat, penuh niat baik dan determinasi' untuk PSG.
Baca Juga: Paris Saint-Germain Optimis Neymar dan Mbappe Akan Segera Teken Kontrak Baru
Setelah pernah bermain singkat di klub Divisi 2 Mulhouse, ia mengakhiri karirnya dengan tim FC Chalon pada usia 33 tahun dengan sempat bermain dengan striker Polandia Josef Klose, yang merupakan ayah dari legenda Jerman Miroslav Klose.
Setelah mengalami cedera ligamen, Adams memeriksakan diri ke Rumah Sakit Édouard Herriot di Lyon pada tahun 1982.
Dia dijadwalkan untuk menjalani operasi rutin dan segera meninggalkan rumah sakit apabila sudah sembuh.
Namun, rencana tersebut berakhir tragis ketika seorang ahli anestesi membuat kesalahan yang fatal dan memberi Adams dosis yang salah sebelum operasi.
Akibatnya, atlet yang sebelumnya sehat itu harus menderita bronkospasme yang membuat otaknya kekurangan oksigen.
Adams pun masih mengalami koma hingga saat ini, di usia 73 tahun.
Pada 1990-an, akibat keteledorannya, pengadilan memutuskan bahwa baik ahli anestesi maupun peserta pelatihan diberi hukuman percobaan satu bulan, serta denda dengan nilai yang besar.
Baca Juga: Pidato Inspiratif BTS di Sidang Umum PBB
Beruntung, Adams memiliki Bernadette, istrinya yang tetap setia berada disampingnya untuk mengurus kebutuhan sang suami.
Adams tidak dapat berkomunikasi dan mengekspresikan emosi, tetapi dia masih bisa bernapas, merasakan, makan, dan batuk tanpa bantuan peralatan medis.
Mereka hidup dan tinggal di rumah di daerah dekat Nimes.
’’Orang-orang di Facebook mengatakan (selang) dia harus dicabut, tapi dia tidak dicabut! Saya hanya tidak memiliki keberanian untuk berhenti memberinya makanan dan air,’’ ucap Bernadette.
’’Dia memiliki rutinitas normal. Dia bangun jam 7, makan. Dia mungkin dalam kondisi vegetatif, tapi dia bisa mendengar dan duduk di kursi roda.’’
Meski Bernadette masih setia menunggu Adams, ada saran yang diberikan untuk mengakhiri penderitaan suaminya melalui eutanasia.
Saran tersebut adalah saran yang tidak disukai Bernadette dan dia menentang eutanasia serta menolak untuk menyerah demi Jean-Pierre.
Baca Juga: Larry si Kucing Kantor PM Inggris Rayakan 10 Tahun Jabatan Sebagai Komandan Tertinggi Pemburu Tikus
Meski Bernadette kukuh dengan pendiriannya, mantan kolega Adams, Tresor mengaku tidak setuju dengan pilihan Bernadette.
’’Bahkan jika Jean-Pierre bangun, dia tidak akan mengenali siapa pun. Jadi apakah layak hidup seperti ini?"
"Jika hal serupa terjadi pada saya, saya akan mengatakan kepada istri saya untuk tidak menahan saya di sini," tutur Tresor.
Penulis : Rizky-L-Pratama
Sumber : Kompas TV