Pembinaan Sepak Bola Usia Dini, Pelatih Akademi La Liga Spanyol: Anak Indonesia Suka Makan Gorengan
Football inside | 21 Februari 2021, 09:40 WIB“Di Indonesia, tidak bisa dijalankan sempurna karena anak-anak makan dan minum di rumah masing-masing. Apalagai terkait budaya, di Indonesia anak-anak itu suka makan gorengan. Iya gorengan,” ungkap Eladio.
Baca Juga: Pesepak Bola Atep Jalani Vaksin Tahap Pertama Di Cianjur
“Makanya saya harus lihat apa yang bisa diterapkan akademi di Indonesia. Misal soal makan, kami hanya bisa berpesan jika mau bertanding itu 4 jam sebelumnya jangan makan dan minum yang berat,” paparnya.
Terkait dengan pembinaan usia dini, Eladio menekan adanya prinsip bahwa pemberian materi sepak bola untuk anak usia 6 tahun tidak boleh disamakan dengan usia yang jauh di atasnya.
Bahkan untuk penyampaian materi kepada peserta akademi juga harus dibedakan berdasarkan usianya.
“Bicara sepak bola untuk anak usia 6 dan 8 tahun tidak bisa masuk materi taktik. Tapi kalau usianya sudah di atasnya bisa lebih mudah mengajari. Lalu cara menyampaikan harus beda. Usia lebih kecil lebih sensitif karena kalau kita sampaikan lebih kasar maka anak-anak akan tak nyaman dengan kita,” tuturnya.
Selain Eladio, webinar yang diselenggarakan sejumlah jurnalis olahraga di Yogyakarta yang tergabung dalam JOY itu juga menghadirkan pembicara lainnya.
Seperti mantan pelatih PS Tira Rudy Eka Priyambada (Safin Pati Football Academy), Guntur Cahyo Utomo (Kepala Development Center PSS Sleman Academy) dan legenda Persebaya Surabaya Mat Halil (El-Faza FC).
“Youth development itu investasi untuk kesinambungan sepak bola secara global. Sehingga kami priortas di youth development,” sambung Guntur Cahyo Utomo dari PSS Sleman Academy.
Baca Juga: Timnas Sepak Bola Mendapat Jatah Vaksin
“Berhentinya kompetisi tidak menyurutkan semangat Akademi PS Sleman untuk melakukan pembinaan pemain usia muda. Mereka tetap berlatih dengan sistem trial sejak September tahun lalu,” tambah dia.
Sementara itu Ketua JOY Gonang Susatio menambahkan dari webinar ini bisa diketahui bagaimana akademi atau diklat itu tetap berupaya melakukan pembinaan saat pandemi.
“Saat liga terhenti, ternyata mereka tetap aktif melatih dengan menerapkan protokol kesehatan. Artinya pasti ada yang berubah di tengah situasi seperti ini,” tandas dia.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV