Sekolah Tatap Muka di Kelas akan Dibuka Lagi, Tinggal Tunggu Kemendikbud
Sosial | 28 Juli 2020, 07:36 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa penyelenggaraan sekolah tatap muka di kelas akan dibuka kembali.
Pemberian izin sekolah di luar zona hijau ini akan diumumkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan langkah-langkah. Dan mungkin tidak lama lagi akan diumumkan daerah-daerah yang selain zona hijau itu juga akan diberikan kesempatan melakukan kegiatan belajar tatap muka," kata Doni dalam jumpa pers usai rapat dengan Presiden Jokowi, Senin (27/7/2020).
Baca Juga: Izin Sekolah Tatap Muka di Luar Zona Hijau, Jadi Angin Segar?
Digelar Terbatas
Meski demikian, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan. Doni menuturkan bahwa sekolah tatap muka di luar zona hijau harus digelar secara terbatas.
Artinya, jumlah siswa yang hadir dalam satu kelas juga dibatasi. Durasi belajar di kelas juga dipersingkat.
Doni menyebutkan, belajar jarak jauh yang diterapkan saat ini memang efektif untuk mencegah penularan Covid-19.
Namun di sisi lain, banyak siswa di daerah yang kesulitan dalam belajar jarak jauh karena sulitnya sinyal internet.
Kreativitas Daerah
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini pun memuji kreativitas daerah yang memberlakukan kebijakan belajar menggunakan radio di masa pandemi.
"Beberapa daerah yang telah berinisiatif menggunakan radio panggil sebagai sarana pembelajaran oleh guru tentunya kita berikan apresiasi karena tidak ada rotan, akar pun jadi," ujar Doni.
"Jadi inilah kreativitas yang berkembang di masyarakat dan kami tentunya memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah melakukan berbagai langkah dan upaya sehingga kegiatan belajar-mengajar tetap dilakukan dengan segala keterbatasan yang ada," tuturnya.
Baca Juga: Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Hanya 10 Siswa yang Masuk Perhari
Kesulitan Siswa
Keputusan pemerintah untuk memberikan izin sekolah tatap muka di luar zona hijau tampaknya akan memberikan angin segar. Berbagai permasalahan yang mendera sekolah dan siswa selama pandemi Covid-19 akan hilang kembali.
Diketahui, sejumlah daerah serta siswa kesulitan saat mencoba menyesuaikan diri untuk menggelar aktivitas belajar mengajar secara online. Beberapa contohnya sebagai berikut:
1. Nekat Bersekolah karena Tak Punya Handphone
Dimas Ibnu Alias, siswa SMP Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah. Dia terpaksa melanggar aturan bersekolah secara online.
Dia seorang diri mendatangi sekolah untuk mendapatkan pengajaran. Pasalnya, dia tidak bisa mengikuti aturan belajar secara online karena tidak memiliki smartphone.
Orangtuanya pun tak mampu untuk membelikannya smartphone.
Kesulitan yang dihadapi Dimas, diketahui oleh Kepala SMPN I Rembang Isti Chomawati. Setelah melalui berbagai pertimbangan, sekolah mengeluarkan kebijakan khusus mengizinkan Dimas belajar tatap muka di sekolah.
Tak hanya Dimas, SMPN 1 Rembang mempersilakan siswa lain yang bernasib sama dengan Dimas.
Isti memastikan aktivitas belajar tatap muka terhadap Dimas atau siswa lainnya akan tetap menerapkan protokol kesehatan.
2. Naik Gunung Demi Sinyal Internet
Suhartina (17) asal Desa Pulo Madu, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Sulawesi.
Pelajar SMK Putra Bangsa Bulukumba dan tinggal di asrama sekolah. Saat pendemi virus corona, dia harus pulang ke kampung halamannya.
Di desanya sinyal internet sangat tidak memadai. Dia terpaksa naik gunung untuk mencari sinyal saat ujian sekolah secara online.
Suhartina tidak sendirian, ada beberapa pemuda lainnya harus turun naik gunung untuk mendapatkan sinyal yang bagus.
Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan bermotor sekitar 10 menit dari Desa Pulo Madu. Apalagi, akses jalan kurang begitu memadai, masih banyak ditemui jalanan rusak parah.
Sulitnya sinyal di Desa Pulo Madu, sudah dialami warga jauh hari sebelum pandemi virus corona.
Kegiatan mencari sinyal tak hanya dilakukan siang hari tapi juga malam hari. Malah semakin malam, orang yang mencari sinyal makin ramai.
"Dukanya ya karena banyak nyamuk dan takut, tapi demi sekolah harus berupa memberanikan diri," tutur Suhartina.
Baca Juga: Pembelajaran Daring, Sekolah Harus Berinovasi.
3. Belajar di Rumah Guru
Sejumlah pelajar SDN 4 Muara Ciujung Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, Banten, juga kesulitan dengan kegiatan belajar mengajar secara online.
Mereka memilih mendatangi kediaman gurunya untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Guru SDN 4 Muara Ciujung, Heti, para orang tua siswa tidak mampu membeli smartphone dan paket internet.
Lagipula anak muridnya belum memahami penggunaan aplikasi belajar online. Sementara beberap siswanya masih dalam tahap belajar membaca dan berhitung.
Meski belajar secara tatap muka, Heti tetap menerapkan protokol kesehatan. Proses belajar mengajarnya dibatasi tujuh siswa per hari, dan tetap menggunakan masker.
4. Guru Sambangi Murid
Di Grobogan, Jawa Tengah, seorang Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Agus Sampurna, terpaksa mendatangi satu per satu muridnya di kediaman masing-masing.
Ada sembilan siswanya yang secara bergantian harus disambangi Agus.
Menurutnya, kegiatan belajar mengajar secara online tidak bisa diikuti oleh semua siswanya.
Karena bagi penyandang tunanetra, proses pembelajaran tak hanya cukup penyampaian secara dialogis dan teroritis, baik guru maupun siswa harus ada interaksi langsung.
Orang tua siswa juga mengaku tak mampu mendampingi belajar secara daring, sebab pelajarannya tidak seperti pelajaran siswa para umumnya.
Setiap pertemuan Agus dan siswanya di rumah, Agus mengutamakan belajar menulis kalimat menggunakan huruf braille. Tak hanya belajar membaca dan menulis huruf braille, Agus juga mengajarkan hafalan surat - surat pendek Al Quran kepada siswa.
Baca Juga: Jabar Bersiap kembali Sekolah Tatap Muka, Ridwan Kamil Wajibkan Guru Tes Swab
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV