Cecar Maria Pauline Lumowa, Polisi Dalami Keterlibatan Beberapa Perusahaan di Kasus Pembobolan BNI
Hukum | 22 Juli 2020, 15:09 WIBPasalnya, beberapa saksi yang diperiksa juga telah berstatus terdakwa selama Maria Lumowa menjadi buronan.
"Kita menanyakan MPL ini hubunganya dengan saksi. Karena saksi yang kita pemeriksaan ini juga terdakwa daripada kasus ini," ujar Argo.
Baca Juga: Fakta Baru Maria Pauline Lumowa: Resmi Ditahan, Surati Kedubes Belanda, hingga Aset Disita
"Tentunya kita nanti update kembali dan ini adalah pemeriksaan sementara MPL."
Untuk diketahui, Maria Pauline Lumowa alias MPL merupakan salah satu tersangka pelaku pembobolan kas bank BNI cabang Kebayoran Baru. Modus operandi yang dilakukan dengan cara Letter of Credit (L/C) fiktif.
Maria Pauline Lumowa bersama-sama dengan Adrian Waworuntu, pemilik PT Gramarindo Group menerima dana pinjaman senilai 136 juta dollar Amerika Serikat atau setara Rp 1,7 Triliun, pada periode Oktober 2002 hingga Juli 2003 dari Bank BNI.
Pada Juni 2003, pihak BNI mencurigai transaksi keuangan PT Gramarindo Group mulai melakukan penyelidikan dan mendapati perusahaan tersebut tak pernah melakukan ekspor.
Baca Juga: Polri Sita Aset Maria Pauline Lumowa
Kemudian, dugaan L/C fiktif ini dilaporkan ke Mabes Polri. Maria terlebih dahulu terbang ke Singapura pada September 2003 alias sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh tim khusus yang dibentuk Mabes Polri.
Pada 2009, diketahui Maria berada di Belanda dan sering bolak-balik ke Singapura. Maria sudah menjadi warga negara Belanda sejak 1979. Pada 16 Juli 2019, MPL ditangkap oleh NCB Interpol Serbia di Bandara Internasional Nikola Tesla, Serbia.
Upaya penangkapan itu berdasarkan red notice Interpol yang diterbitkan pada 22 Desember 2003. Setelah ditangkap pada tahun lalu, pemerintah Indonesia meminta agar dilakukan penahanan sementara sambil mengurus pemulangan ke tanah air.
Akhirnya, MPL dibawa ke Indonesia, pada Rabu 8 Juli 2020. Upaya pemulangan itu hanya berlangsung satu minggu sebelum MPL dibebaskan dari tahanan.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV