Pemerintah: Stigma Sosial ke Pasien dan Tenaga Medis Tak Memberi Sumbangan Pengendalian Covid-19
Update corona | 18 Juli 2020, 21:08 WIBJAKARTA, KOMPASTV – Gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 meminta masyaraka berhenti memberikan cap negatif atau stigma buruk terhadap pasien dan tenaga medis Covid-19.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyatakan sigma sosial tersebut tidak memberikan manfaat bagi penanggulangan wabah Covid-19.
Reisa mengingatkan cap buruk kepada pasien dan tenaga medis Covid-19 justru dapat menyumbang angka kematian akibat virus corona.
Baca Juga: Ganjar Pranowo : Jangan Ada Stigma Negatif Terhadap Tenaga Medis
Masyarakat yang masuk terduga terpapar virus corona takut memeriksakan diri lantaran bakal mendapat stigma sosial sebagai pembawa virus. Ada juga masyarakat yang menganggap virus corona sebagai aib sehingga tidak barani untuk mengungkapkan diri.
“Saya mau mengingatkan Itu semua tidak berguna dan tidak memberikan sumbangan apapun terhadap pengedalian Covid-19. Menurut pandangan pakar kesehatan malah (stigma negatif) berkontribusi menyumbang angka kematian akibat Covid-19 karena tidak ditangani sejak awal," ujar Reisa saat jumpa pers yang ditayangkan langsung di kanal Youtube BNPB, Sabtu (18/7/2020).
Reisa menambahkan, sebanyak 140 perawat pernah merasa dipermalukan karena berstatus perawatan Covid-19 atau bertugas di rumah sakit penanganan Covid-19.
Hal ini diketahui dari hasil survei Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia pada awal April terhadap 2.050 perawatan Indonesia.
Baca Juga: Total 334 Perawat Terpapar Covid-19 di Jawa Timur
Hasil survei lainnya menunjukkan 135 perawat pernah diminta meninggalkan tempat tinggalnya karena berstatus perawat pasien Covid-19.
Kemudian, ada 66 responden mengalami ancaman pengusiran, 161 mengakui orang-orang di sekitar mengacuhkan mereka dan 71 responden mengaku masyarakat ikut menjauhi keluarga mereka.
"Saudara-saudara, mari stop stigma negatif terhadap perawat dokter dan pasien dan keluarga mereka," tegas Reisa.
Penulis : Johannes-Mangihot
Sumber : Kompas TV