> >

Sejak Lahir Pancasila Bergaulnya di Mana?

Berita kompas tv | 1 Juni 2020, 08:59 WIB
Sejarah Hari Lahir Pancasila (Sumber: Kompas.id)

Bung Karno mengaku tidak sendirian melahirkan Pancasila. Beliau dengan rendah hati menyampaikan  "kugali dari kepribadian bangsa". Meski demikian  tetap saja Bung Karno lah, yang paling tahu sesungguhnya Pancasila diminta jadi seperti apa.

Bung Karno "mewejang" Pancasila agar menjadi pemersatu. Kata Bung Karno, "Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan “le desir d'etre eensemble” diatas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah Swt, tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian! ........ sudah terjadi character gemeinschaft bangsa Indonesia, umat Indonesia jumlah orangnya adalah 70 juta, tetapi 70 juta yang telah menjadi satu, satu sekali lagi satu!".

Kemudian diikuti tepuk tangan hebat saat Bung Karno menyampaikan hal tersebut kepada peserta sidang. Kemudian Bung Karno melanjutkan," Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan Chauvinisme, sebagai dikobar-kobarkan oleh orang Eropa, yang menyatakan Deutschland uber Alles ,.... jangan kita berdiri diatas azas demikian, kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia, kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula kekeluargaan bangsa-bangsa!".

"Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara "semua buat semua", saya yakin bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan, mufakat."

"Saya didalam 3 hari ini belum mendengarkan prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan didalam Indonesia merdeka. Apakah kita mau Indonesia Merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya".

Jadi sejauh ini kita mulai tahu bahwa Pancasila "diasuh" oleh Bung Karno melalui BPUPK untuk menjalankan Kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi dan kesejahteraan sosial. Sedangkan sebagai puncaknya Bung Karno "mewejang" Pancasila untuk menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Hendaklah negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan dengan tiada "egoisme-agama". Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan!"

Pancasila Salah Gaul?

Menurut kalian, apakah Pancasila apa diasuh secara buruk? apakah perasaan sebagai sebuah bangsa, mendahulukan kemanusiaan, menyelesaikan masalah secara musyawarah mufakat, mencita-citakan kesejahteraan sosial dan senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah hal yang buruk?

Apa gaulnya yang salah? Jangan-jangan malah kita yang selama ini salah cara bergaulnya dengan Pancasila!

Jika diperas menjadi satu, Pancasila adalah gotong-royong. Kata Bung Karno,  gotong-royong adalah faham yang dinamis, menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, satu kerja atau gawe bersama. Pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua.

Nah, jangan disalahin Pancasila nya kalau kemudian dirasa belum memuaskan kita semua. Jangan-jangan kita menempatkan Pancasila statis, tidak dinamis seperti Kata Bung Karno.

Pancasila cuman simbol yang dipajang bersama Garuda, cuman dihafal sebagai sebuah teks, makanya kalau ada salah satu kontestan ratu kecantikan tergagap melafalkan teks Pancasila langsung heboh.

Padahal mungkin banyak dari kita semua yang hafal Pancasila tapi gagap dalam mengamalkan. Berarti kita yang salah gaul, bukan Pancasilanya. Berarti kalau ada yang gak beres sama Indonesia, kita dong yang berubah, jangan Pancasilanya disuruh berubah. "playing victim"  sama "point finger” aja kita sukanya.

Selamanya kalau kita mengenal Pancasila secara statis, tidak dinamis, ya Pancasila hanya akan menjadi teori, bukan ideologi yang menggerakkan dan merubah keadaan.

Oke mulai sekarang gak usah lagi kita nyalah-nyalahin Pancasila, kitanya yang harus berubah. Ayo kita amalkan Pancasila!

Eits, emang ngamalin Pancasila ada pahalanya? Waduh catetannya dibawa malaikat bos! Yuk ah jangan keras kepala, kita amalkan, gotong-royong, saling mengingatkan dengan baik, apalagi dimasa pandemi seperti sekarang, vaksinnya ya kedisiplinan dan gotong-royong kita, bukan yang lain.

Penulis : Zaki-Amrullah

Sumber : Kompas TV


TERBARU