Kala Pasien Positif Corona Tak Menunjukkan Gejala, Lalu Menularkan 24 Perawat di RSUD Depok
Berita kompas tv | 23 Mei 2020, 21:18 WIBDEPOK, KOMPAS TV - Sebanyak 24 perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok dilaporkan positif terinfeksi virus corona atau Covid-19. Akibatnya, Poliklinik RSUD Kota Depok ditutup selama 14 hari ke depan.
Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori, menuturkan awalnya terdapat 9 perawat yan dinyatakan positif Covid-19 terlebih dahulu. Baru menyusul sebanyak 15 perawat kemudian.
Pihak rumah sakit telah menyediakan ruangan khusus bagi 15 perawat yang baru dinyatakan positif tersebut demi menghindari peluang penularan Covid-19 ke pasien umum dan keluarga mereka di rumah.
"Ada beberapa ruangan yang sudah kami siapkan bilamana ada tenaga kesehatan sakit. Semua tenaga kesehatan yang positif saya minta untuk dirawat di RSUD. Arahan Gugus Tugas juga seperti itu, supaya mengantisipasi penularan ke keluarganya," kata Devi pada Jumat (23/5/2020).
Baca Juga: Cerita Perawat yang Bertugas di RSD Wisma Atlet Kemayoran
Berdasarkan hasil penulusuran kontak, kemungkinan penularan kepada para perawat tersebut terjadi selama beberapa pekan tanpa diketahui, lantaran melibatkan orang-orang tanpa gejala.
Sebanyak 15 perawat yang tempo hari terkonfirmasi positif Covid-19 sudah terjangkit virus corona sejak 2 pekan lalu saat mereka dites swab (pengambilan sampel lendir tenggorokan).
Kelima belas perawat itu dites swab lantaran sempat berkontak dengan 9 perawat lain yang sudah terlebih dulu dinyatakan positif Covid-19.
"Jadi intinya, sebelumnya sudah ada juga (perawat) yang positif karena screening rapid test. Dari rapid test, kami lanjutkan ke swab, ada beberapa yang positif, awalnya 9 (perawat)," ujar Devi.
"Kami lakukan tambahan swab ke mereka yang berkontak dengan yang positif, akhirnya dapatlah yang 15 ini."
Sebanyak 24 perawat itu tidak menampakkan gejala sakit meskipun tubuh mereka rupanya sudah disusupi virus corona. Namun, yang jadi persoalan dari mana 9 perawat pertama bisa tertular Covid-19.
Baca Juga: Perawat RS Royal Surabaya Berstatus PDP Covid-19 Meninggal Dalam Kondisi Hamil
"Tidak jelas. Perawat di sini sudah melakukan pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan, sesuai zonasi. Akan tetapi, diduga bisa saja ada pasien-pasien OTG (orang tanpa gejala), yang tidak jujur kepada perawat," ungkap Devi.
"Kita kan enggak tahu. Sekarang banyaknya kan OTG. Pasien itu sepertinya sehat, tapi ternyata dia menularkan. Itu baru dugaan."
Devi menjelaskan, total 24 perawat di RSUD Kota Depok yang positif Covid-19 tidak ada yang melayani pasien positif di zona Covid-19. Mereka bertugas di poliklinik yang buka 3 kali sepekan dan menerima pasien non-Covid-19.
Sesuai protokol layanan di poliklinik, kata Devi, para perawat hanya diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD) level 1.
Sebagai perbandingan, para perawat pasien positif Covid-19 harus menggunakan APD level 3 dengan tabir wajah (faceshield), masker N95, dan baju hazmat coverall.
Dari sana, Devi menduga bahwa sumber penularan Covid-19 terhadap para perawatnya berawal dari pasien OTG Covid-19 yang dirawat dengan protokol pasien umum.
Sementara itu, Wali Kota Depok, Mohammad Idris, mengaku akan mengevaluasi operasional RSUD Kota Depok, sehubungan dengan kejadian ini.
Baca Juga: Terpapar Corona, Ini Kisah Perawat yang Meninggal dalam Kondisi Hamil
Salah satu aspek yang akan dievaluasi adalah ketersediaan dan protokol penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi para perawat.
"Langkah ke depan, kalau benar-benar harus dibuka poli (non-Covid-19) untuk kebutuhan pasien, nanti kita lengkapi semua tenaga kesehatan-nya APD lengkap. Ini jadi pelajaran juga buat kami," ujar Idris.
Idris menambahkan, piaknya dan jajaran terkait juga akan berdiskusi mengenai evaluasi poli-poli yang diizinkan beroperasi di RSUD Kota Depok untuk melayani pasien dengan keluhan dan riwayat penyakit lain, namun tak melayani rawat inap dan tak buka setiap hari.
"Rencana kami, beberapa poli yang tidak signifikan kami tutup, tapi yang signifikan kita buka, misalnya untuk menangani ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dan spesialis penyakit dalam yang memang rutin, utamanya jantung dan sebagainya," kata Idris.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV