> >

Akhir Kisah Geng Teras, Kelompok Begal Remaja yang Dikenal Sadis di Depok

Berita kompas tv | 4 April 2020, 12:43 WIB
Polisi menunjukkan tersangka dan barang bukti komplotan pencurian dengan kekerasan di Polda Metro Jaya, pada Jumat (3/4/2020). Komplotan ini sudah berkasi sebanyak 20 kali di Depok, Jawa Barat. (Sumber: Dok. Polda Metro Jaya)

Baca Juga: Komplotan Begal Taksi Daring Ditangkap

Yusri menuturkan, kasus ini bisa terungkap setelah ada laporan dari masyarakat terkait pencurian disertai kekerasan yang mengakibatkan seorang meninggal dunia pada 1 April 2020. 

Mendapat laporan itu, polisi kemudian bergerak cepat. Dalam waktu 1x24 jam pihak kepolisian berhasil menangkap komplotan tersebut yang berjumlah delapan orang.

Yusri menambahkan, dari tangan pelaku polisi menyita sejumlah barang bukti antara lain golok, celurit, dan satu unit sepeda motor.

Juga termasuk satu pucuk senjata api yang diakui oleh para pelaku yang dibekuk pernah digunakan untuk membunuh korban-korban sebelumnya.

Atas perbuatannya, para tersangka dijerat pasal berlapis. Pertama, terancam hukuman pidana penjara paling lama 9 tahun karena melanggar Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Pencurian dengan Kekerasan yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia. 

Kemudian, mereka juga dijerat dengan UU Darurat tentang Kepemilikan Senjata Api dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun.

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Suyudi Ario Seto, menambahkan komplotan begal yang menamakan diri Geng Teras itu tak segan melukai bahkan membunuh korbannya saat mencuri kendaraan bermotor. 

Baca Juga: Terekam CCTV, 4 Remaja Begal Ditangkap

"Kelompok geng seperti ini menjadi atensi kami untuk terus melakukan pemetaan. Ada komplotan lain yang tidak menutup kemungkinan masih saling terkait dan selama ini melakukan kekerasan di Depok," kata Ario.

Kepala Kepolisian Resor Metro Depok Kombes Pol Aziz Andriansyah, mengatakan, jajaran Polres Metro Depok akan terus mendalami keterkaitan antarkomplotan yang sering beraksi di Depok. Sebab, belum tentu setiap komplotan itu memiliki jaringan yang sama.

"Karena kejahatan di Jakarta dan sekitarnya mirip dengan yang mereka lakukan, jadi masing-masing orang memiliki spesialisasi kejahatan. Ada yang suka rampas, suka rampok, dan suka membunuh," kata Aziz.

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU