> >

Psikolog Forensik Ungkap Alasan Gen Z Disebut Punya Mental Tempe dan Gampang Kena Depresi

Humaniora | 2 Desember 2024, 17:23 WIB
Ilustrasi Gen Z. Kasus MAS, remaja 14 tahun yang membunuh ayahnya (44 tahun) dan neneknya (69 tahun) pada Sabtu (30/11) dini hari, di rumahnya yang terletak di daerah Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan mengundang banyak perhatian publik. Publik mempertanyakan mengapa pelaku yang remaja Gen Z bisa melakukan perbuatan nekat dan keji. (Sumber: FREEPIK)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus MAS, remaja 14 tahun yang membunuh ayahnya (44 tahun) dan neneknya (69 tahun) pada Sabtu (30/11) dini hari, di rumahnya yang terletak di daerah Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan mengundang banyak perhatian publik.

Lantas, kenapa remaja yang baru berusia 14 tahun dan masuk dalam kategori Gen Z, bisa berbuat nekat dan keji? Benarkah karena Gen Z disebut-sebut sebagai generasi yang labil dan karenanya disebut ber-'mental tempe'?

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'mental tempe' sendiri merupakan istilah untuk menggambarkan mental lemah, perasaan, atau watak inferior yang menganggap bahwa dirinya tidak akan mampu untuk menghadapi masalah.

Psikolog Forensik Klinis, Kasandra Putranto menyebut para remaja masa kini yang masuk dalam kategori Gen Z, sejatinya adalah generasi yang peduli dan aware terhadap kesehatan mental.

Meskipun masalah kesehatan mental ada di seluruh kelompok usia mulai dari generasi Baby Boomers dan Milenial, Gen Z lebih terbuka dalam membicarakan isu-isu kesehatan mental.

Baca Juga: Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek, Benarkah Gen Z Generasi Rentan Kena Kesehatan Mental?

"Generasi Z itu tumbuh dalam era yang penuh dengan konten paparan internet, baik berupa game maupun media sosial. Mereka terpapar konten yang sangat banyak dan sering kali tidak sehat, seperti standar kecantikan yang tidak realistis, bullying online, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Semua ini dapat meningkatkan kecemasan, depresi, dan stres," ujar Kassandra kepada KompasTV, Senin (2/12/2024).

Anak muda saat ini, imbuhnya, menghadapi tekanan yang sangat besar, baik dari sekolah, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.

"Perasaan harus selalu "terhubung" dan memenuhi ekspektasi dari berbagai pihak (termasuk pengikut media sosial dan teman) bisa menambah stres dan kelelahan mental. Sudah begitu, Generasi Z sekarang tumbuh pada masa yang penuh ketidakpastian global, misalnya, krisis finansial, perubahan iklim. Semua faktor ini menciptakan ketakutan akan masa depan, kesulitan dalam mencari pekerjaan, dan ketidakpastian sosial yang bisa menambah masalah mental," papar Kassandra.

Baca Juga: Gen Z Pencari Kerja, Hadapi Persoalan Akses dan PHK, Sosiolog: Mental Gen Z Bekerja Perlu Disiapkan

Kassandra menambahkan, Generasi Z juga menghadapi perubahan sosial yang cepat.

"Isu-isu seperti identitas gender, orientasi seksual, dan penerimaan diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang terus berubah. Sering kali, proses pencarian identitas ini bisa mengarah pada kebingungan dan perasaan terisolasi, yang berpotensi mengarah pada gangguan mental," tukasnya.

 

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU