Hari Guru, Ketua Muhammadiyah Haedar Nashir Ingatkan Kesejahteraan Harus Ditingkatkan
Peristiwa | 25 November 2024, 10:32 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November, sejatinya merupakan pengingat tentang kesejahteraan guru. Karena di beberapa tempat di Indonesia, problem yang dihadapi guru memang masih di sekitar kesejahteraan. Guru mendapatkan penghasilan yang sedikit, bahkan di banyak tempat layaknya menjadi sukarelawan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberi pesan dalam peringatan Hari Guru Nasional, Senin (25/11/2024).
Haedar mengatakan, dalam kurun waktu belakangan, perhatian pemerintah terhadap guru memang mulai membaik, antara lain melalui program sertifikasi, meski belum sepenuhnya baik dan merata.
Apalagi kalau berbicara mengenai peningkatan kesejahteraan guru-guru swasta. Padahal, mereka juga bekerja dan berkhidmat untuk mencerdaskan bangsa, seperti halnya guru-gurur negeri.
“Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sejatinya tidak mengenal negeri dan swasta. Di kawasan-kawasan tertentu ketika lembaga pendidikan negeri atau yang diselenggarakan pemerintah belum berdiri, justru di situ lembaga swasta khususnya organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah hadir untuk mencerdaskan bangsa. Dengan kemandirian dan masih banyak bermodal seadanya," jelas Haedar dalam siaran pers yang diterima Kompas.tv, Senin.
"Karenanya menjadi tidak nasionalis guru-guru negeri yang mengajar di swasta ditarik kembali, penanda kebijakan politik pendidikan yang diskriminasi."
Baca Juga: Resmi, Ini Pidato Pembina Upacara Hari Guru Nasional 2024 dan Doanya dari Kemendikdasmen
Dia berharap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru yang kini tengah dilakukan, akan tercapai.
“Maklum meski dipatok konstitusi anggaran pendidikan 20 persen, kenyataannya dana APBN tersebar di seluruh instansi dan terserap besar ke daerah atas mandat otonomi. Jadi tidak terpusat di Kementerian Pendidikan pada pemerintahan pusat, baik untuk pendidikan dasar menengah maupun tinggi. Menteri baru, harapan baru, meski tak semudah membalik tangan para guru,” kata Haedar.
Menurut dia, ketika berbicara mengenai guru, kesejahteraan bukan satu-satunya persoalan. Ada juga masalah kualitas dan pengabdian untuk membangun negeri. Khususnya meningkatkan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi tanggung jawab bersama.
“Guru memiliki sejarah panjang mencerdaskan kehidupan bangsa, harta di kala serba keterbatasan. Itulah era guru pejuang seperti kisah heroik guru Laskar Pelangi,” tutur Haedar.
Dia juga menekankan bahwa peningkatan kesejahteraan guru harus terus diagendakan, namun mesti disertai dan dilandasi pengkhidmatan para guru sendiri. Ketika kesejahteraan ditingkatkan, kemampuan dan pengabdiannya pun mesti meningkat secara signifikan.
“Jangan sampai terjadi stagnasi dan kesenjangan orientasi. Kesejahteraan guru ditingkatkan tapi kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Sebab sampai saat ini Human Development Index (HDI) serta Daya Saing Bangsa Indonesia ternyata masih di bawah enam negara tetangga. Inilah agenda bersama memajukan pendidikan Indonesia,” terang Haedar.
Selain itu, dia mengungkapkan agenda pendidikan dan guru harus lebih menyeluruh. Lebih dari sekadar kesejahteraan dan hal-hal administrasi instrumental. Yang juga tidak kalah penting adalah panggilan dan pengkhidmatan. Agar terjadi keseimbangan antara kesejahteraan dan kualitas pendidikan Indonesia ke depan.
“Menjadi guru itu sejatinya sebuah panggilan (calling) untuk mendidik anak negeri menuju pencerdasan kehidupan bangsa. Seperti para pejabat publik, mengejar sejahtera tidak akan ada habisnya bila tanpa panggilan untuk berkhidmat majukan negeri."
"Tidak sedikit pejabat di negeri ini sudah sejahtera bahkan berkemakmuran. Tapi di antara mereka masih dahaga korupsi dan gratifikasi. Hingga ada yang menyimpan uang haram di rumahnya sampai satu triliun rupiah. Sungguh ngeri dan mungkin hanya ada di negeri ini,” ucap Haedar.
Baca Juga: Lirik Lagu Hymne Guru, Terima Kasih Guruku, dan Mars PGRI untuk Peringati Hari Guru Nasional 2024
Karenanya, kata dia, panggilan pengkhidmatan menjadi pendidik anak bangsa niscaya diletakkan di atas segalanya. Disertai usaha meningkatkan kesejahteraan guru, lebih-lebih mereka yang bertugas di daerah terdepan, terjauh, dan tertinggal.
“Guru tetaplah hadir sebagai panggilan pengkhidmatan. Menjadi sosok teladan bangsa yang digugu dan ditiru. Menjadi pendidik sejati yang mengantarkan anak-anak negeri menjadi tuan di negerinya sendiri. Selamat Hari Guru! Salam hormat tertinggi kami untuk para pendidik anak negeri nan sejati!” tutup Haedar.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV