Tekad Risa Tuntaskan Kuliah dengan Beasiswa BPJS Ketenagakerjaan sang Ayah
Humaniora | 14 November 2024, 15:43 WIBCIREBON, KOMPAS.TV - Siti Idah Nuraidah (59) meneteskan air mata. Dia tak kuasa saat menceritakan kepergian suaminya, Hari Suprapto (59) tiga bulan lalu. Kepribadian Hari sangat membekas. Tak hanya bertanggung jawab semasa hidup, sang suami juga telah menyiapkan jaminan kematian dan beasiswa bagi anaknya. Program BPJS Ketenagakerjaan membuat Idah dan anaknya bangkit dari asa yang terputus.
Tensi darah yang tinggi dan pendarahan otak, membuat Hari tak sadarkan diri selama tiga hari. Idah, bersama kedua anaknya: Aditya Maulana dan Risa Nur Afiah, terus mendampingi. Mereka berjuang agar Hari pulih. Namun, kenyataan tak sesuai harapan. Hari mengembuskan nafas terakhir di salah satu rumah sakit di Kota Cirebon pada 4 Agustus 2024 lalu.
Kepergian Hari memukul keluarga. Mereka kehilangan sosok suami dan ayah yang pekerja keras. Hari bertugas sebagai pekerja di salah satu perguruan tinggi di Cirebon sejak pagi hingga menjelang petang. Pekerjaan ini dia tekuni sejak tahun 2000an hingga tutup usia.
"Sangat kehilangan. Kalau boleh milih, jangan pergi. Tapi akhirnya kami menyadari ini takdir, jadi ya sudah," kata Idah dengan suara berat saat ditemui Kompas.tv di rumahnya di RT 7, RW 3, Gang Pengampon 6, Kelurahan/ Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (8/11) sore.
Baca Juga: BPJS Tenaga Kerja, Jaminan Kecelakaan Kerja RT/RW yang Telah Lama Dinanti
Namun, ternyata ada berkah dari kematian Hari. Idah mendapat klaim Jaminan Kematian (JKM) senilai Rp42.000.000, sebuah nilai yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Di saat yang sama, Idah juga mendapatkan manfaat beasiswa senilai Rp12.000.000 per tahun untuk anaknya yang masih sekolah di perguruan tinggi. Hari telah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di perguruan tinggi tersebut sejak tahun 2015 silam.
Program BPJS Ketenagakerjaan, dirasa Idah sangat bermanfaat bagi dirinya yang hanya seorang ibu rumah tangga. Bantuan itu juga meringankan beban Aditya, yang membantu biaya kebutuhan kuliah adiknya hingga tuntas dua tahun mendatang.
"Kaget, Mas, klaim jaminan kematian dari BPJS Ketenagakerjaan mencapai Rp42.000.000, dan manfaat beasiswa untuk Risa Rp12.000.000 per tahun. Saya yang hanya ibu rumah tangga merasa sangat terbantu dengan uang itu," kata dia penuh syukur.
Tekad Risa Tuntaskan Kuliah demi sang Ayah
Risa, anak kedua Hari, pun merasa kaget. Dirinya tidak menyangka mendapat manfaat beasiswa dari BPJS Ketenagakerjaan usai kepergian sang ayah. Saat di rumah sakit, Risa ingat ayahnya berulang kali meminta maaf lantaran tidak bisa lagi membiayai kuliah karena terbaring di atas kasur. Pasalnya, Hari menyadari, meski mendapatkan bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Risa tetap membutuhkan banyak biaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan kuliahnya.
"Nanti gimana jajannya? Kan ayah gak bisa ngasih uang lagi, maaf, ya," kata Risa mengulang kata-kata Hari sang ayah sebelum meninggal dunia di rumah sakit.
Risa mengakui, kepergian sang ayah membuatnya jatuh. Namun, manfaat beasiswa yang diterima beberapa hari setelah Hari meninggal, perlahan membangkitkan semangat belajarnya. Dia ingin membuktikan perjuangan sang ayah untuk anaknya tidak sia-sia. Dengan bantuan dana beasiswa dari manfaat BPJS Ketenagakerjaan, Risa ingin menuntaskan kuliah dengan hasil memuaskan.
Risa Nur Afiah tercatat sebagai mahasiswi semester lima di Institut Prima Bangsa (IPB) Cirebon, dengan konsentrasi belajar Sastra Inggris. Risa merupakan salah satu mahasiswi berprestasi, yang telah mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di tahun 2023.
Baca Juga: Catat, Berikut Jenis Kecelakaan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Nomor 59
Juwintan, Koordinator PMM IPB Cirebon, menyampaikan, Risa adalah satu dari 80 mahasiswa-mahasiswi IPB yang mendaftar program PMM Kemendikbudristek batch 3 tahun 2023 lalu. Sebanyak 19 orang lulus tes, salah satunya adalah Risa. Ia terpilih karena mampu mengerjakan serangkaian tes dengan baik serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Pendaftar harus menyelesaikan tahap administrasi, dengan mengunggah beberapa data, pernyataan universitas, bukti nilai IPK tak kurang dari 3,10, dan lainnya. Setelah dinyatakan lolos, pendaftar harus lolos tes kebhinekaan, dan selanjutnya lolos tes psikotes. Rangkaian tes ini untuk mengukur daya adaptasi pendaftar yang akan disebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Menurut Juwintan, hasil tersebut membuktikan Risa berprestasi. Dia mampu berkompetisi dengan puluhan ribu pendaftar dari seluruh universitas di Indonesia. Dia bersama ribuan mahasiswa-mahasiswi yang dinyatakan lulus, disebar ke sejumlah perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
"Risa dikirim ke Universitas Prima Indonesia di Medan selama enam bulan. Dia menyelesaikan 20 SKS (Satuan Kredit Semester), 16 SKS pembelajaran dalam kelas, 4 SKS di masyarakat belajar tentang kebudayaan, bakti sosial, pariwisata, dan potensi lainnya," kata Juwintan saat ditemui Kompas.tv, Senin (11/11) siang.
Juwintan yang juga menjabat Kepala Program Studi (Kaprodi) Sastra Inggris IPB Cirebon menyebut Risa mendapat nilai A selama proses tersebut. Risa adalah satu dari 2.000 mahasiswa IPB Cirebon yang tersebar di lima prodi, yakni Pendidikan Bahasa Inggris, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Guru SD, hingga Teknik Informatika dan Komputer.
Manfaat Beasiswa BPJS Ketenagakerjaan Cegah Anak Putus Sekolah
Iyay Robia Khaerudin, dosen Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Pendidikan dan Sains Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon mengapresiasi program beasiswa tersebut. Bantuan dana pendidikan kepada warga berpenghasilan menengah ke bawah, mutlak sangat dibutuhkan.
Ini berpengaruh terhadap peningkatan nilai partisipasi pendidikan di tiap daerah. Bantuan ini juga membantu agar tidak banyak anak putus sekolah akibat hilangnya kepala rumah tangga sebagai tulang punggung keluarga.
"Program bantuan beasiswa tentu sangat membantu. Tiap pelajar memiliki kebutuhan yang beragam. Bantuan dana ini juga mampu menekan angka putus sekolah dan naiknya partisipasi pendidikan di tiap daerah," kata Robia, saat dihubungi Kompas.tv melalui sambungan telepon, Selasa (12/11) petang.
Secara tidak langsung, kata Robia, bantuan beasiswa dari BPJS Ketenagakerjaan ini juga merupakan langkah jangka panjang untuk menggapai program nasional, yakni menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggulan untuk Indonesia Emas 2045 mendatang.
Muhammad Taufiq, Account Representatif Khusus BPJS Ketenagakerjaan Cirebon menyampaikan, Risa Nur Afiah mendapatkan klaim manfaat beasiswa Rp12.000.000 dari klaim BPJS Ketenagakerjaan bapaknya, Hari Suprapto, sebagai karyawan di perguruan tinggi sejak tahun 2015.
Secara teknis, Taufiq menjelaskan, manfaat beasiswa program Jaminan Kematian ini didapat Risa, lantaran Hari Suprapto telah membayar iuran kepesertaan minimal 36 bulan atau 3 tahun masa iuran. Sehingga, pada saat ahli waris melakukan klaim, BPJS Ketenagakerjaan langsung menunaikan seluruhnya setelah berkas pengajuan berkas lengkap dan memenuhi syarat.
Baca Juga: Bangkit usai Terdampak Pandemi, Perempuan di Yogyakarta Ini Ceritakan Manfaat BPJS Ketenagakerjaan
Tak hanya Risa, sepanjang tahun 2023-2024, BPJS ketenagakerjaan Cabang Cirebon telah mengeluarkan dana sebesar Rp7.707.800.000 khusus untuk manfaat beasiswa ahli waris dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yang telah memenuhi kriteria penerima beasiswa.
Jaminan beasiswa ini, kata Taufiq, diberikan secara menyeluruh untuk ahli waris yang masih melaksanakan kegiatan belajar, dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Adapun total bantuan yang disiapkan untuk dua orang anak ahli waris peserta BPJS Ketenagakerjaan yakni maksimal Rp147.000.000.
Dengan bantuan dana yang cukup besar dan konsisten itu, program beasiswa diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan dengan cara menekan angka anak putus sekolah.
"Agar tidak terjadinya kemiskinan tadi, termasuk adanya manfaat beasiswa untuk anak dari pekerja yang dikhawatirkan akan putus sekolah," kata Taufiq saat ditemui Kompas.tv, Selasa (12/11) petang.
Program jaminan beasiswa ini, ungkapnya, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas SDM masyarakat Indonesia dengan keberlangsungan pendidikan hingga tuntas. Kualitas SDM yang unggul juga dibutuhkan untuk menggapai program dan cita cita nasional yakni Indonesia Emas pada 2045 mendatang.
(Muhamad Syahri Romdhon/Kompas.TV Cirebon)
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV