> >

Ibas Sebut Kesejahteraan Tenaga Pendidik Harus Diperhatikan dalam Upaya Memajukan Dunia Pendidikan

Politik | 10 Oktober 2024, 14:54 WIB
Wakil Ketua MPR RI Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas berbicara dalam sebuah acara di gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/10/2024). (Sumber: Fadel Prayoga/Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Ketua MPR RI Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas menyebut, dalam upaya untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia, kesejahteraan tenaga pendidik juga harus diperhatikan.

Sebab, kata dia, kesejahteraan guru akan berdampak positif terhadap anak-anak didik. 

Dia juga mengatakan pendidikan Indonesia harus adaptif terhadap kemajuan zaman, kultur, tapi tetap memegang erat nilai-nilai kebangsaan.

Baca Juga: Kelakar PAN soal Menteri Pendidikan di Kabinet Prabowo-Gibran, Zulkifli: Semoga dari Muhammadiyah

Hal tersebut disampaikan Ibas ketika menghadiri acara peluncuran dan bedah buku "Menegakkan Amanah Konstitusi Pendidikan" yang ditulis Dede Yusuf M. Effendi di gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/10/2024). 

“Harus ada sikap terbuka dan kritis dalam dunia pendidikan. Harus ada juga rasa ingin tahu yang besar dengan kerendahan hati ingin belajar dan berkembang,” kata Ibas.

“Harus ada penguatan infrastruktur pendidikan, teknologi, hubungan kerja dan tingkat kebahagiaan, sejahtera hidup untuk para tenaga pendidik,” imbuhnya. 

Awalnya, ia mengajak seluruh mahasiswa di Indonesia untuk belajar memaknai istilah "Paradox Socrates." 

“Jadi teringat mengenai ‘Paradox Socrates’ yang berkata: Saya tahu bahwa saya cerdas karena saya tidak tahu apa-apa,” ujar Ibas.

Ia menyebut, bagi yang baru mendengar, makna istilah tersebut mungkin membingungkan. 

“Mungkin terdengar membingungkan pada awalnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa cerdas jika mereka tidak tahu apa-apa? Ternyata, Socrates percaya bahwa orang yang paling bijaksana adalah mereka yang terus belajar dan mencari pengetahuan, bukan mereka yang berpura-pura sudah mengetahui segalanya,” ujarnya. 

Ibas menilai tak ada yang salah bila dunia pendidikan di Indonesia ingin mencontoh kebijakan yang dilakukan oleh negara lain. Namun, dalam praktiknya, tetap harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang berlaku di Tanah Air. 

Baca Juga: Ketum Demokrat AHY soal Ibas Jadi Wakil Ketua MPR: Bisa Jalankan Tugas dan Amanah Sebaik-baiknya

"Di Finlandia, fokus pendidikan lebih pada pembelajaran berbasis keterampilan. Di Singapura, keunggulan dalam matematika dan sains dikedepankan. Di Jepang, dikenal pendidikan karakter dan disiplin pembelajaran seumur hidupnya," ungkap Ibas.

"Di Belanda, kita bisa melihat pendekatan personalisasi dalam pembelajaran. Sedangkan di Kanada mengedepankan pendidikan inklusif dan dukungan yang luas,” sambungnya.

 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU