> >

Maarif House Bincang Isu Publik: dari Kebudayaan hingga Moralitas Kepemimpinan di Indonesia

Humaniora | 14 September 2024, 08:54 WIB
Maarif Institute menggelar sebuah rountable discussion dalam program MAARIF House IV bertajuk Agama, Kebudayaan, dan Moralitas Publik di kantornya, di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2024). (Sumber: Dok Maarif Institute)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bagaimana nilai-nilai etika, moral bekerja di ruang-ruang kekuasaan, dan bagaimana dampaknya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara?

Pertanyaan mendasar ini menyeruak dalam sebuah rountable discussion yang diselenggarakan oleh MAARIF Institute beberapa waktu lalu di kantornya, di Tebet, Jakarta Selatan.

MAARIF Institute menggelar diskusi terbatas dalam program MAARIF House kali ini bertajuk "Agama, Kebudayaan, dan Moralitas Publik" yang menjadi dasar tatanan kehidupan manusia.

Baca Juga: Maarif Institute Tegaskan Penolakan terhadap Pembegalan Pancasila dan Demokrasi

Menjawab persoalan tersebut, salah satu narasumber, Syamsul Arifin, Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Muhammadiyah Malang menyampaikan pandangan mendalam, terutama terkait dengan isu moralitas dan kepemimpinan di Indonesia.

Syamsul menjelaskan, etika memiliki posisi yang lebih tinggi daripada hukum. Ia memberikan contoh bagaimana BJ Habibie yang memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai presiden pada saat itu meskipun secara hukum dia dibolehkan.

"Indonesia sangat kaya dengan etika dan nilai-nilai luhur. Sebagai bangsa, kita harus mempertahankan warisan ini dan mengingat bahwa etika merupakan refleksi dari apa yang baik dan buruk," ungkap Syamsul.

Narasumber lain, M. Izzul Muslimin, Sekretaris PP Muhammadiyah, dalam paparannya mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam romantisme moralitas, yakni pemimpin dipilih berdasarkan karisma atau popularitas semata tanpa mempertimbangkan integritas dan kemurnian moralnya. 

"Kita membutuhkan pemimpin yang mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang kuat dan berjangka panjang, bukan pemimpin yang hanya mengandalkan pencitraan," ujarnya.

Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan mendalam Izzul terhadap kondisi bangsa dan menunjukkan perlunya perbaikan signifikan dalam moralitas publik, terutama di sektor kepemimpinan. 

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU