> >

122 Tahun Bung Hatta: Teladan Sepanjang Masa, Tenang tapi Menghanyutkan

Humaniora | 12 Agustus 2024, 05:30 WIB
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta tengah bersalaman dalam sebuah kegiatan. (Sumber: Dok. Kompas)

"Kami pergi ke Astana Anyar, ke rumah Soekarno. Oleh karena ia tidak di rumah, kami tinggalkan pesan kepada seorang anak muda yang kebetulan ada di situ dengan memberikan alamat kami menginap," tutur Hatta.

Baru pada malam harinya sekitar pukul 21.00, Soekarno mendatangi tempat Hatta menginap.

"Dia datang dengan seorang teman, kalau aku tak salah Maskoen. Maka mengobrollah kami berempat di sana sambil minum kopi dan teh," katanya.

Pertemuan itu berlangsung biasa saja layaknya pertemuan anak muda.

Baca Juga: Jelang Proklamasi Kemerdekaan: Bom Atom Dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Bung Hatta Terperanjat

Namun di sanalah Soekarno menceritakan pengalamannya di penjara Sukamiskin. Saat mengobrol dengan Soekarno, Hatta menuturkan keinginannya untuk mendirikan Partai Pendidikan Nasional Indonesia.

Partai yang akan didirikan itu, kata Hatta, harus tahan uji namun tidak memberikan agitasi.

"Tapi utamakan memberikan penerangan dengan menganalisi keadaan yang nyata," kata Hatta.  

"Organisasi kita, kaum Daulat Rakyat, bernama Pendidikan Nasional Indonesia", katanya.      

Mengapa diberi nama pendidikan?

"Pendidikan! Bukan atau belum lagi partai. Bukan karena khilaf atau curiga diambil nama 'pendidikan', melainkan dengan sengaja," Hatta menjelaskan.

Sikap tenang dalam berpikir terlihat dalam setiap tindakan Hatta. Setelah Indonesia merdeka hingga akhir hayatnya, Hatta memang dikenal sebagai sosok yang bersahaja namun kaya dengan pemikiran.

Dia meninggal pada 14 Maret 1980 di Jakarta.    

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU