> >

Malam Kini Terasa Lebih Panas, Waspadai Penyakit hingga Kematian

Humaniora | 10 Agustus 2024, 07:15 WIB
Ilustrasi. Perubahan iklim yang terjadi dalam rentang lebih dari 100 tahun, ternyata membuat suhu di malam hari kini lebih terasa panas. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perubahan iklim yang terjadi dalam rentang lebih dari 100 tahun, ternyata membuat suhu di malam hari kini lebih terasa panas.

Studi terbaru oleh Climate Central mengungkapkan, perubahan iklim secara tidak proporsional mendorong kenaikan suhu pada malam hari, sehingga miliaran orang berpotensi terpapar penyakit terkait panas dan gangguan lainnya.

Climate Central, kelompok independen yang meneliti dampak perubahan iklim dan pemanasan global, mengungkapkan bahwa dalam rentang tahun 1895 hingga 2023, suhu malam hari di musim panas telah meningkat sebesar 2,29 derajat Celcius (36,2 F).

Baca Juga: Menteri ESDM: Perubahan Iklim Menuntut Reduksi Semua Emisi Karbon

Dibandingkan dengan peningkatan rata-rata global sebesar 1,1 derajat Celcius, suhu malam hari di musim panas meningkat dua kali lipat dari laju peningkatan rata-rata global.

Masalahnya, para ahli menyatakan malam yang lebih hangat dapat menyebabkan peningkatan penyakit akut dan kronis akibat suhu panas. Bahkan berpotensi menyebabkan kematian.

Periode berkepanjangan suhu ekstrem, baik siang maupun malam, memberikan tekanan signifikan pada tubuh manusia, meningkatkan risiko penyakit terkait panas dan kematian.

Faktanya, gelombang panas dapat sangat mempengaruhi kelompok besar orang dalam waktu singkat, sering kali menyebabkan krisis kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka kematian.

Dikutip dari Antara, peristiwa ini dapat memiliki konsekuensi sosial-ekonomi yang luas, termasuk kapasitas kerja yang berkurang dan produktivitas tenaga kerja yang menurun.

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Lingkungan, Pengamat: Kita Berada di Era Bencana Rutin

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian terkait panas untuk orang di atas 65 tahun, meningkat sekitar 85 persen antara 2000-2004 dan 2017-2021.

Pada kurun 2000-2019, studi menunjukkan sekitar 489.000 kematian terkait panas terjadi setiap tahun, dengan 45 persen di antaranya terjadi di Asia dan 36 persen di Eropa.

Peristiwa gelombang panas dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kematian akut yang tinggi.

Pada 2003, sebanyak 70.000 orang di Eropa meninggal akibat peristiwa yang terjadi pada Juni-Agustus, di mana suhu musim panas meningkat 20-30 persen lebih tinggi daripada rata-rata musim lainnya.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU