> >

La Nina Bikin Musim Kemarau Lebih Pendek dan Hujan Sering Turun, Peneliti BRIN Ungkap Dampaknya

Peristiwa | 11 Juli 2024, 08:40 WIB
Foto ilustrasi. Mendung tebal menggelayut di kawasan selatan Jakarta sesaat sebelum hujan turun, Senin (23/12/2019). (Sumber: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan La Nina belum menunjukkan eksistensinya di Indonesia pada Juli 2024.

Kendati demikian, dampak La Nina sudah dirasakan dan menyebabkan musim kemarau menjadi lebih pendek.

Eddy menyebut La Nina akan mencapai puncak pada Oktober atau November 2024 mendatang.

Adapun La Nina diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025.

"Kita sekarang merasakan langit sering mendung dan turun hujan gerimis," ujar Eddy, Selasa (9/7/2024), dikutip dari Antara.

Baca Juga: Daftar Wilayah yang Diprediksi Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang 11-12 Juli 2024

Fenomena La Nina adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.

Selama La Nina berlangsung, lanjutnya, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan sebanyak 3 sampai 5 derajat Celcius dari suhu normal.

Suhu permukaan laut yang mendingin mengurangi pertumbuhan awan hujan di bagian timur dan tengah Samudera Pasifik, lalu meningkatkan curah hujan di wilayah khatulistiwa, terkhusus Indonesia.

Menurutnya, kemunculan La Nina membuat puncak musim kemarau di Indonesia yang terjadi pada Agustus dan September 2024 cenderung basah.

Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU