> >

Jabarkan Makna 3 Stanza Lagu Indonesia Raya, Megawati Singgung Lupakan Suara Hati demi Ambisi Kuasa

Politik | 5 Juli 2024, 14:43 WIB
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat berpidato di Sekolah Partai, Jumat (5/7/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) megawati Soekarnoputri menjabarkan makna dari tiga stanza pada lagu kebangsaan "Indonesia Raya".

Penjabaran itu ia sampaikan dalam pidato di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Jumat (5/7/2024). Mulai dari stanza pertama hingga ketiga.

Menurutnya, stanza pertama yakni membangun jiwa dan badan karena tidak bisa membangun badan jika tidak ada jiwa.

“Dalam stanza kedua terkandung spiritualitas kebangsaan kita untuk sadarlah budinya, sadarlah hatinya,” ucapmya, dikutip dari Youtube Kompas TV.

“Terus sekarang tanya, sekarang ini manusia Indonesia dalam masalah etika, moral, dan hati nuraninya apakah sesuai dengan stansa kedua? Jawab sendiri.”

Saat ini, kata dia, dunia politik di Indonesia pragmatis sekali, sehingga melupakan budi dan suara hati demi ambisi kekuasaan.

Baca Juga: Ada Usulan Dukung Anies di Pilkada Jakarta, Hasto: Tunggu Arahan Megawati

“Kenapa? Karena kan betul-betul sekarang ini politik kita pragmatis sekali, jadi melupakan budi suara hati demi ambisi kekuasaan.”

“Apakah kita mau menjadi begitu? Dari hanya anak ranting lalu hanya menginjak rakyat. Apalagi dari pemimpin. Hayo, pikir,” tambahnya.

Lirik pada stanza ketiga, kata dia, digubah agar kita membuka cakrawala berpikir, termasuk tentang situasi dan kondisi dunia, geopolitik.

“Nggak bisa lagi kuper. Kalau dulu ketika zaman beliau, zaman para pendiri bangsa lainnya itu yang di belakang itu,  fokus bagaimana merdeka, bagaimana merdeka, kita nggak mau lagi dijajah, sudah terlalu lama.”

“Tapi kalau kita sekarang kan dua, melihat keluar, yang namanya pertarungan di ajang politik luar negeri seperti apa, lalu dampaknya ke kita bagaimana,” tambahnya.

Ia kemudian menyampaikan bahwa posisi pngurus anak ranting merupakan pemimpin. Jika dari bawahnya sudah rusak, ia mempertanyakan negara ini akan dibawa ke mana.

“Anak ranting itu pemimpin. Nah kalau yang dari bawah saja sudah rusak, apa yang dikatakan dengan stansa dua itu, kita mau ke mana?”

“Nah, kalau yang ketiga itu kesadaran geopolitik, selamatlah rakyatnya, selamatlah putranya. Maksudnya apa? Keturunannnya, regenerasinya, pulaunya, lautnya, semuanya, apa nggak hebat,”tambahnya.

Lirik lagu pada ketiga stanza tersebut, menurut Megawati, merupakan pengejawantahan diri penciptanya, yakni Wage Rudolf Supatman.

Baca Juga: Wasekjen PDIP soal Pengusungan Anies di Pilkada Jakarta 2024: Keputusan di Ibu Megawati

“Itu kan berarti apa, itu adalah pengejawantahan apa yang ada di dalam diri Pak Wage Rudolf Supratman, ingin mengatakan, ‘Hey kamu, nanti yang jadi Bangsa Indonesia, beginilah negaramu itu’ masa sekarang kalian lupa. Ya ibu ngamuklah. Ngamuk saya.”

“Bayangkan, keselamatan bangsa dan negara ini mutlak dengan stansa ketiga. Kita tunggu kalian rakyat ndonesia, pemimpinnya dari presiden sampai yang paling bawah harusnya berjani apa? Agar Indonesia abadi,” bebernya.

Ia pun meminta agar mana yang terkandung dalam ketiga stanza itu tidak diubah-ubah karena itu merupakan pemikiran pejuang untuk generasi muda.

“Jangan diubah-ubah, ini bukan omongan saya, ini omongan pejuang yang namanya Wage Rudolf Supratman, bagi generasi muda Indonesia. Ya kalian itu lho, kan muda-muda itu wartawan, ngerti nggak? Jangan dirusak-rusak hanya karena berita,” katanya.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU