Megawati Sebut Pengelolaan Taman Ismail Marzuki Pasca-Direvitalisasi Tidak Jelas
Politik | 13 Mei 2024, 15:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri sebut pengelolaan Taman Ismail Marzuki pasca-direvitalisasi tidak jelas. Sebab menurutnya, saat ini fungsi TIM mengalami pergeseran dari semula sebagai sekolah seni.
Hal tersebut disampaikan oleh Megawati saat menghadiri Pameran Seni Rupa karya Butet Kartaredjasa bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’ di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur No.14, Jakarta Pusat, Senin (13/5/2024).
“Yang sayang itu kan TIM, saya perhatikan apa ya, ga jelas. Tolong tulis itu, enggak jelas," kata Megawati.
“Lho dulu kan dibuat oleh … Taman Ismail Marzuki itu saya tahu banyak, saya sering, saya punya kartunya. Ada film-film yang menurut saya tidak ditayangkan di (bioskop umum) di luar, saya punya kartunya dan sebagainya, dan sangat saya nikmati, dan saya sangat mengerti. Nah, kalau sekarang mana?”
Baca Juga: Jokowi Disambut Lautan Manusia karena Menjadi Presiden Kedua yang Datangi Muna, Sultra
Mendengar pernyataan Megawati, Butet yang berada ada di dekat Presiden ke-5 Republik Indonesia tersebut membuat celetukan kecil.
“(Jadi) pusat perdagangan,” ucap Butet.
“Ya to, makanya saya bilang enggak jelas,” tambah Megawati.
Dalam kesempatan tersebut, Megawati pun mendorong pengembangan sekolah seni bagi anak-anak muda Indonesia agar bisa menghasilkan karya-karya seni yang lebih banyak dan bernafaskan keIndonesiaan.
Sebab dalam penilaiannya, Mega menuturkan banyak karya seni yang sifatnya hanya populer, cenderung mengikuti tren pasar dunia, menyenangkan namun belum tentu menggambarkan Indonesia.
Lantas Mega dikonfirmasi, apakah karya seni Butet yang disaksikan sudah mencerminkan suasana politik saat ini.
“Kan tadi sudah dibilang, saya nggak ngomongin politik,” jawab Megawati.
Baca Juga: Gibran Temui Mohammed bin Zayed Al Nahyan, Sampaikan Progres Dana Hibah dari UEA
“Saya dapat menikmati, langsung saya pikir 'oh menurut pikiran saya Pak Butet ini mengalirkan kemarahannya tapi dengan sangat artistik, dengan luwes, dengan sebuah kreativitas, imajinasi, yang mana ada contohnya yang lain, enggak ada lagi, ya cuma dia. (Butet melakukannya) Dengan dzikir, tadi dibilang itu kan. Berarti dia menggunakan rohnya masuk ke pikirannya (ketika membuat karyanya),” urai Megawati.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV