> >

Pengamat Prediksi Pertemuan Prabowo-Megawati setelah MK Putus Gugatan Sengketa Pilpres

Politik | 8 April 2024, 23:08 WIB
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dalam sebuah kesempatan (Sumber: Dok. Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pertemuan prewsiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dinilai akan terwujud setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan perkara perselisihan hasil pemilu. 

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin,  menilai pertemuan Prabowo dengan Megawati sangat terbuka. 

Menurutnya tidak ada permasalahan yang membuat pertemuan kedua tokoh partai politik itu terganjal. Sebab keduanya sudah memiliki hubungan yang baik jauh sebelum Pilpres 2024. Bahkan masyarakat mengetahui Prabowo sempat dipilih sebagai pendamping Megawati di Pilpres 2009. 

Ujang memprediksi pertemuan Prabowo dengan Megawati akan terwujud setelah MK memutus perkara sengketa Pilpres 2024. 

"Jadi Megawati enggak ada masalah dengan Prabowo maupun Gerindra. Pertemuan Mega-Prabowo ini sebuah keniscayaan, soal waktu dan momentum saja. Mungkin pasca-putusan MK," ujar Ujang saat dikonfirmasi, Senin (8/4/2024). 

Baca Juga: Gerindra Klaim Wacana Pertemuan Prabowo dan Mega Sudah Diketahui oleh Presiden Jokowi

Ujang menambahkan keinginan Prabowo bertemu dengan Megawati bukan sekadar soal pembagian kursi di pemerintahan, tapi stabilitas politik pemerintahan ke depan. 

Menurutnya Prabowo sangat sadar bahwa pemerintahan ke depan perlu dukungan dari PDI-P yang memiliki kursi terbanyak di DPR RI. Sebab akan sulit bagi Prabowo untuk menjalankan program jika PDI-P membangun poros koalisi di DPR RI. 

Untuk itu Prabowo merasa perlu bertemu dengan Megawati untuk mendapatkan masukan, terlepas nantinya PDI-P berada di luar pemerintah atau tidak. 

"Itu positif pertemuan kedua tokoh bangsa untuk bangun persatuan kesatuan dan bangun Indonesia lima tahun ke depan. Ujungnya akan ketemu dan tegur sapa. Apakah nanti masuk pemerintah atau jadi oposisi itu pilihan lain," ujarnya. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU