Ada Peningkatan Jumlah Bibit Siklon Tropis di Sekitar Indonesia, BMKG: Perubahan Iklim
Peristiwa | 22 Maret 2024, 09:48 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan peningkatan jumlah bibit siklon tropis dan kaitannya dengan perubahan iklim global.
Dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Dwikorita mengatakan fenomena ini mulai terjadi di zona yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.
Sebagai contoh, siklon tropis yang biasanya tidak muncul di 0-10 derajat lintang utara atau selatan, kini mulai terdeteksi di wilayah tersebut.
Baca Juga: BMKG Himbau Nelayan Waspada Gelombang Tinggi di Perairan Papua Barat Daya
Peningkatan fenomena ekstrem ini, menurut Dwikorita, menjadi bukti nyata dari adanya perubahan iklim. Fenomena yang dulunya jarang terjadi, kini menjadi lebih sering dan menunjukkan perubahan pola iklim global.
"Salah satu ciri fakta bahwa perubahan iklim itu ada, antara lain adalah semakin seringnya terjadi fenomena ekstrem yang dulu-dulu seharusnya tidak terjadi," terang Dwikorita dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/3).
Baca Juga: Atasi Cuaca Ekstrem, Pemprov Jateng Gandeng BMKG dan BNPB Buat Rekayasa Cuaca
Sebelumnya, BMKG mengumumkan kemunculan siklon tropis Neville di Samudra Hindia, tepatnya di selatan Jawa Tengah.
Pengumuman ini dibagikan melalui akun Instagram resmi BMKG pada Rabu (20/3) menandakan Neville sebagai siklon kedua yang terdeteksi di wilayah Indonesia pada bulan Maret tahun ini, menyusul siklon tropis Megan dan beberapa bibit siklon lainnya seperti 91S, 94S1 dan 93P.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat di Sejumlah Wilayah pada Senin 18 Maret 2024, Ini Daftarnya
Siklon tropis Neville teridentifikasi berlokasi sekitar 1.130 kilometer selatan Cilacap, Jawa Tengah. Keberadaan siklon ini menambah daftar panjang aktivitas siklon tropis di sekitar Indonesia, yang terus bertambah dalam beberapa waktu terakhir.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto membagikan beberapa faktor utama yang memicu terbentuknya bibit siklon tropis dan siklon tropis itu sendiri.
Baca Juga: Gempa M 5,1 Guncang Karatung Sulut, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Salah satu faktor penting adalah suhu permukaan laut yang minimal mencapai 26,5 derajat Celsius dengan kedalaman hingga 60 meter.
Kondisi atmosfer yang tidak stabil juga turut berperan, memungkinkan terbentuknya awan kumulonimbus yang merupakan awan guntur dan menjadi indikator wilayah konvektif yang kuat.
Baca Juga: Penting untuk Warga DIY! Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi, BMKG: Selama 3 Hari ke Depan
"Awan-awan ini yang merupakan awan-awan guntur dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat adalah penting dalam perkembangan siklon tropis," jelas Guswanto.
Faktor lain yang mendukung terbentuknya siklon antara lain adalah kelembapan atmosfer di ketinggian sekitar 5 kilometer, keberadaan gangguan atmosfer di permukaan Bumi yang berupa angin berpusar, serta kondisi angin yang relatif stabil tanpa perubahan besar yang dapat mengganggu perkembangan badai.
Penulis : Danang Suryo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV