> >

Bapanas Sebut Koreksi Harga Beras Dilakukan Usai Panen Raya 3,5 Juta Ton dan Impor 1,6 Juta Ton

Humaniora | 27 Februari 2024, 07:54 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo membantah jika bantuan beras pemerintah menjadi penyebab kelangkaan beras premium di ritel moderen. Ia menegaskan jika bantuan beras pemerintah tidak membebani suplai beras premium. (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengungkapkan bahwa saat ini harga beras masih bertengger di atas kisaran Rp16 ribu per kilogram. Situasi ini dipengaruhi oleh harga gabah kering panen (GKP) yang juga masih stabil pada kisaran Rp8.000-Rp8.600 per kilogram di beberapa daerah.

Dalam upaya mengendalikan harga beras, Arief  menargetkan bahwa koreksi harga baru akan terjadi setelah mencapai panen raya sejumlah 3,5 juta ton. 

"Kalau panennya bisa di atas 3,5 juta ton itu biasanya perlu waktu dua minggu sampai tiga minggu untuk 'convert' menjadi beras. Panen, gabah dikeringkan sampai distribusi kurang lebih tiga mingguan," katanya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (26/2/2024).

Untuk mengatasi situasi ini, Pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk menjual beras dengan harga Eceran Tertinggi (HET) melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 250 ribu ton. 

Baca Juga: Penjual Bensin Eceran di Malang Jadi Korban Peredaran Uang Palsu Pecahan Rp100 Ribu

Selain itu, penggilingan beras di beberapa daerah juga diminta untuk mendistribusikan beras secara masif dalam kemasan 5 kilogram ke berbagai tempat penjualan ritel hingga pasar tradisional.

Arief  juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mengantisipasi dengan merencanakan impor tambahan beras sebesar 1,6 juta ton untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Bulog. 

 

"1,6 (juta ton) ini memang dipersiapkan saja. Pak Presiden mintanya harus ada stok di Bulog 1,2 (juta ton) minimal, beliau malah inginnya ada tiga juta ton," katanya.

Dalam konteks ini, pemerintah telah memiliki kuota impor sebanyak 2 juta ton beras untuk stok CBP. Namun, dari kuota tersebut, baru sekitar 500 ribu ton yang telah terealisasi. 

"Iya jika diperlukan, tetapi yang 2 juta (ton) itu harus masuk segera," kata Arief dikutip dari Antara.

Baca Juga: Soal Ekonomi Negara, Sri Mulyani: Kondisi Perekonomian Indonesia "Agak Laen"

Penulis : Kiki Luqman Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU