TKN Sebut Film 'Dirty Vote' Bernada Fitnah: Ada Tendensi Keinginan untuk Mendegradasi Pemilu
Rumah pemilu | 11 Februari 2024, 15:19 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengomentari film dokumenter eksplanatori Dirty Vote yang dirilis Minggu (11/2/2024) siang tadi.
Tim Hukum dan Advokasi TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman menilai film dokumenter tersebut bernada fitnah dan memiliki narasi kebencian yang tidak ilmiah.
Hal ini disampaikannya dalamm konferensi pers di Media Center TKN Prabowo Gibran, Jakarta, Minggu (11/2/2024).
"Di negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat, namun perlu kami sampaikan sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif dan tidak ilmiah," kata Habiburokhman, dikutip dari siaran langsung dikutip dari akun Instagram resmi TKN Prabowo Gibran.
Ia kemudian mempertanyakan kapasitas tiga ahli hukum tata negara yang berada di dalam film dokumenter tersebut. Adapun tiga tokoh yang dimaksud yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
"Saya kok merasa sepertinya ada tendesi keinginan untuk mendegradasi pemilu ini, dengan narasi yang tidak berdasar," tegasnya.
"Rakyat pasti sangat paham bahwa tokoh yang paling banyak disebut yakni Presiden Joko Widodo sangat berkomitmen menegakkan demokrasi," ujarnya.
Tak hanya itu, Habiburokhman juga meyakini bahwa Rakyat telah paham pihak mana yang sebenarnya melakukan kecurangan dan pihak mana yang mendapatkan dukungan karena program dan rekam jejak yang jelas berpihak kepada rakyat.
"Kalau dalam film tersebut disampaikan saudara Zainal Arifin Mochtar agar rakyat menjadikan film tersebut sebagai dasar penghukuman, justru kami khawatir rakyat yang akan menghukum mereka dengan cara rakyat sendiri," jelasnya.
Baca Juga: Jokowi Disebut Tak Bisa Kerja, TKN Prabowo-Gibran: Terima Kasih, Ahok Troublemaker dengan Ucapannya
Sebab itu, TKN menilai informasi yang disampaikan tiga ahli hukum tata negara dalam film tersebut sangat tidak argumentatif dan tendesius untuk menyudutkan pihak tertentu.
Hal tersebut, kata dia, berseberangan dengan apa yang menjadi sikap sebagian besar rakyat.
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV